Terima Kasih




Terima kasih.  Dua kata ini sepertinya kadang kita lupa untuk mengucapkan. Kita terkadang lebih asyik menjalani hidup sehari-hari sehingga kerap, bahkan sering dan selalu mengabaikannya. Kita kadang bahkan juga sering tidak tersentuh untuk mengucapkannya. Tidak di bibir, tidak juga di hati. Seolah tidak memerlukan kata ini. Padahal ada banyak hal kenapa kita perlu, bahkan harus, mengucapkan dua kata tersebut.

Terima kasih pada siapa?

Cobalah kita renungkan. Udara yang kita hirup dengan gratis. Kita bisa bernafas dengan baik tanpa masalah dan tidak perlu membayar menggunaka uang sama sekali. Jantung kita juga berdetak dengan normal, tanpa ada halangan sehingga aliran darah di sekujur bisa lancar.

Syaraf-syaraf kita yang bekerja dengan normal dan aktif untuk menopang kehidupan roh kita dalam tubuh. Pandangan mata kita yang normal bisa melihat keindahan dunia milik Tuhan. Dua tangan kita yang utuh dan normal untuk menyentuh dan melakukan aktifitas sehari-hari. Dua kaki kita yang juga utuh dan normal untuk berjalan.

Lidah kita yang normal untuk berbicara. Gigi-gigi kita yang berfungsi dengan baik. Jari-jemari kita yang utuh dan bisa untuk menjalankan aktifitas sehari-hari. Rambut kita yang tidak botak sehingga terlihat tampan dan cantik. Lambung dan ginjal kita yang juga normal sehingga bisa mencerna makanan serta mengalirkan olahan metabolisme dalam tubuh dengan baik.

Usus-usus kita yang juga normal sehingga kita tidak mengalami masalah. Paru-paru kita yang sehat sehingga kita juga bisa normal dalam bernafas. Tenggorokan kita yang tidak ada masalah sehingga ketika kita menelan makan juga lancar dan tidak mengalami kesulitan.

Ini adalah nikmat badaniah yang begitu besar. Bagian dari nikmat panjang umur dan kesehatan yang merupakan kekayaan tidak terhingga dan bisa kita dapatkan, serta rasakan. Belum lagi nikmat-nikmat lainnya yang kita peroleh. Seperti nikmat kedua orang tua, nikmat berupa karunia dan anugerah istri, anak-anak serta keluarga. Ada juga nikmat  pekerjaan, harta, rumah, tabungan, kekayaan, tanah, motor, mobil, atau kendaraan yang kita miliki.

Kita memiliki rumah dan bisa merasakan sandang, pangan, dan papan. Nikmat tetangga-tetangga dan teman-teman yang baik. Nikmat terhindar dari sakit penyakit. Nikmat kita hidup di tengah lingkungan dan masyarakat yang aman. Kita berada dan menjadi warga negara di bangsa yang damai tanpa perang atau pertempuran dan berbagai nikmat yang tidak kita tidak bisa sebut satu persatu. Ada banyak nikmat yang tidak bisa kita hitung dan sebutkan saking banyaknya nikmat tersebut.

Semua nikmat itu berasal dari siapa dan dari mana? Pasti ada yang memberikannya dan menjadi sumber.

Semua nikmat kehidupan kita berasal dari Tuhan, dari Allah. Ya, dari Dia-lah nikmat itu datang dan hadir pada kita. Itu datang dari kasih sayang-Nya pada makhluk yang diciptakan-Nya. Itu berasal dari rahmat-Nya. Kadang kita lupa dengan semua nikmat tersebut, sehingga kita juga lupa untuk mengucapkan terima kasih atas berbagai nikmat, karunia, anugerah yang selalu tercurah pada kita dalam kehidupan. Allah selalu memberikan rezeki dan mengurusi hidup kita, namun kadang kita lupa untuk membalasnya. Bahkan hanya dengan ucapan terima kasih saja terkadang kita lupa.

Cobalah kita bangun kesadaran, mengungkapkan ucapan terima kasih pada Allah, Tuhan pencipta kita, atas berbagai nikmat yang sudah diberikan dengan dua kata sederhana, namun begitu dalam maknanya; terima kasih.  Dua kata yang bisa mewakili perasaan kehambaan kita pada Sang Pencipta.

Jika kita diberikan sesuatu saja oleh manusia lain, adab kita bahkan nurani kita kemudian tergerak untuk mengucapkan terima kasih. Dan ucapan terima kasih tersebut akan disambut gembira oleh yang memberikan sesuatu pada kita. Maka, adab sekaligus nurani kita seharusnya juga tergerak untuk mengucapkan terima kasih pada Tuhan yang menciptakan kita.

Allah tentu akan sangat senang dan bergembira ketika kita mengucapkan terima kasih pada Diri-Nya karena kita menjadi hamba yang tahu diri dan tidak lupa akan Sang Pencipta. Allah akan sangat senang dengan hamba yang seperti ini.

Dalam Islam itulah ada yang disebut dengan konsep syukur. Sang hamba mengucapkan terima kasih; baik dengan lisan, hati dan perilaku, sebagai tanda rasa syukur atas berbagai nikmat yang sudah diberikan Tuhan pada dirinya. Dan Tuhan juga sudah menjanjikan, ketika hamba-Nya bersyukur, maka akan diberikan nikmat yang lebih luas dan lebih banyak lagi. Itu janji Tuhan pada hamba-hamba-Nya yang pandai bersyukur. 

Untuk itulah, mari kita biasakan mengucapkan TERIMA KASIH pada Allah atas berbagai nikmat, karunia dan anugerah yang sudah diberikan-Nya. Sederhana, tapi dalam maknanya. Tuhan akan senang mengetahui kita mengucapkan dua kata tersebut karena itu menandakan kita menjadi hamba yang pandai bersyukur. (trisno suhito) 



Comments

Popular posts from this blog

Mengintip Kehidupan Lokalisasi di Batang (2)

Makam Syeikh Maulana Maghribi Wonobodro, Batang

Mengintip Kehidupan Lokalisasi di Batang (3)