Generasi Milenial Ingin Angkat Brand Kopi Batang

BELASAN stand produk-produk usaha mikro kecil menengah (UMKM) dari daerah-daerah di eks Karesidenan Pekalongan hadir di Jalan Veteran Batang, Rabu (13/3). Mereka meramaikan kegiatan Musrenbangwil yang dihadiri Gubernur Ganjar Pranowo dan bupati/walikota dari Batang, Kota Pekalongan, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Pemalang, Kota Tegal, Kabupaten Tegal dan Brebes.

Salah satu stan yang menarik perhatian adalah stan komunitas kopi Batang. Di tempat ini, peserta Musrenbangwil tampai antusias untuk mencoba kopi Batang yang disediakan secara gratis. Tidak tanggung-tanggung ada 500 cangkir kopi yang bisa dinikmati oleh pengunjung tanpa harus membayar.

Gubernur Ganjar Pranowo juga meminta khusus kopi Batang sebelum proses pembukaan Musrenbangwil. Selain kopi gratis, di stan tersebut disediakan berbagai macam jenis kopi dari Batang yang sudah dikemas secara bagus untuk dijual.

'' Kami menyediakan beragam kopi, baik robusta maupun arabika produksi langsung dari petani kopi Batang. Ada kopi dari Desa Silurah Kecamatan Wonotunggal, Desa Surjo Kecamatan Bawang, Desa Pacet Kecamatan Reban,  Desa Mojotengah Kecamatan Reban,  dan Desa Kluwih Kecamatan Bandar,'' ujar Rifani Zuniyanto, pendiri laboratorium kopi Batang yang menunggu di stan komunitas kopi Batang.

Jangan bayangkan stan komunitas kopi Batang diisi oleh para petani biasa. Mereka adalah anak-anak muda, generasi milenial, yang memiliki kecintaan mendalam pada kopi dan ingin mengangkat kopi Batang sebagai sebuah brand untuk berbicara di pasar nasional, bahkan internasional. Mereka berasal dari berbagai sentra penghasil kopi, berpendidikan perguruan tinggi dan memiliki mindset yang ingin melakukan lompatan dalam pengembangan kopi daerah. Menggunakan kaos hitam, mereka memahami detail soal kualitas kopi, teknik menyangrai, menyeduh,  sampai menyajikan kopi. 

'' Kita punya cita-cita besar di 2023, Batang bisa swasembada kopi. Kita sedang membangun peradaban kopi dan sedang mencoba kuatkan di petani-petani saat ini,'' tuturnya.

Produk kopi dari petani Batang yang ada di stan komunitas kopi Batang sudah dikemas sedemikian rupa dengan tampilan yang menarik. Bentuknya ada yang dalam sachet 100 gram dan 200 gram. Untuk yang 100 gram robusta harganya Rp 25.000 dan arabika Rp 35.000. Sedangkan untuk yang 200 gram untuk robusta harganya Rp 50.000.

'' Saat ini kopi Batang sudah dipasarkan ke berbagai daerah, bahkan luar negeri. Kita sedang terus mencoba memasarkan kopi Batang agar menjadi sebuah brand,'' tutur Rifani.

Kopi Batang rasanya khas Jawa. Termasuk medium body dan enak. Anak-anak muda dari komunitas kopi Batang tersebut tidak sekedar memiliki mimpi. Namun punya motivasi yang sangat tinggi untuk membawa kopi Batang bisa terangkat. Apalagi Batang sangat kaya akan potensi kopi, baik robusta maupun arabika.  Mereka berharap, dengan bibit yang bagus, pola budidaya yang benar dan proses paska panen yang tepat, maka akan bisa menghasilkan kopi yang benar-benar berkualitas. Pendampingan pada para petani kopi juga terus mereka lakukan.

'' Jika kopi Batang dikembangkan secara serius, maka akan bisa mengangkat kesejahteraan petani.
Dengan potensi besar yang dimiliki, maka kopi Batang seharusnya bisa berkembang ke depan. Ini butuh perjuangan dan kami akan berupaya mewujudkan hal tersebut. Tidak mudah memang, tapi kami punya semangat untuk itu,'' kata Rifani. (trisno suhito)













Comments

Popular posts from this blog

Mengintip Kehidupan Lokalisasi di Batang (2)

Makam Syeikh Maulana Maghribi Wonobodro, Batang

Mengintip Kehidupan Lokalisasi di Batang (3)