Makam Syeikh Maulana Maghribi Wonobodro, Batang


Peziarah dari luar Batang sedang berada di makam Syeikh Maulana Maghribi 
Penyebar Agama Islam Sebelum Wali Songo Dari Tanah Maghribi
NAMA Wonobodro mungkin tak terdengar asing di telinga masyarakat muslim di tanah Jawa. Bagi para peziarah, Wonobodro menjadi tujuan karena terdapat makam ulama terkemuka, bahkan banyak yang menyebut sebagai wali, yakni Syekh Maulana Maghribi.

Makam Syekh Maulana Maghribi berada di Desa Wonobodro, Kecamatan Blado, Kabupaten Batang. Tempatnya di kawasan perbukitan yang asri. Untuk menjangkaunya tidak terlalu sulit karena kemudahan jalur transportasi yang ada saat ini. Jaraknya sekitar 28 km dari Alun-Alun Batang untuk sampai di
lokasi. Meskipun jalannya naik, namun tidak ada kesulitan karena jalan menuju lokasi sudah mulus sehingga memudahkan untuk mencapai lokasi. Begitu sampai di sana, maka akan langsung terlihat undakan lebar yang dibuat untuk menuju area makam.

Sebelum di undakan, di sisi sebelah kiri ada musholla untuk putra. Bangunannya terlihat baru dan disampingnya ada kolam berisi air jernih yang diperuntukkan buat peziarah pria. Air di kolam ini terus memancar dari bawah tanah secara alami, dan mengalir tidak menggunakan alat khusus. Sementara di sisi kanan, terdapat mushola yang diperuntukan untuk digunakan peziarah dari kalangan putri. 

Begitu sampai undakan, maka peziarah bisa masuk melalui gerbang yang dibangun cukup tinggi. Setelah itu, terlihat jalur lurus menuju  makam Syekh Maulana Maghribi. Sementara di jalan ke kanan ada tetanda menuju makam Ki Agung Pekalongan dan makam Ki Ageng Wonobodro. Peziarah bisa memilih akan kemana terlebih dahulu.  Di kompleks makam terdapat dua gapuro, yakni satu gapuro utama kompleks makam, dan satu gapuro untuk bangunan makam Syekh Maulana Maghribi.


Penyebar Islam

Wonobodro sudah lama masyhur sebagai wisata religi di Jawa Tengah. Ini karena terdapat makam ulama penyebar Islam  Syeikh Maulana Maghribi yang konon hidupnya sebelum Walisongo di Tanah Jawa. Di tempat ini setiap tahunnya juga digelar khoul yang dihadiri puluhan ribu orang dari berbagai daerah. Bukit Wonobodro akan dibanjiri ribuan orang dan puncaknya pada 13 Muharam. Sebulan sebelum pelaksanaan khoul, berbagai kegiatan juga digelar sehingga membuat suasana keramaian di daerah ini terasa. 

Mereka yang datang berziarah beragam. Terdiri dari masyarakat awam,  pejabat pemerintahan,
kyai, habib, pengusaha, dan lainnya. Peziarah datang baik dari tanah Jawa, luar Jawa, sampai luar negeri. Bahkan konon, presiden pertama Indonesia, Soekarno, juga pernah datang di tempat ini. 

Di Wonobodro, komplek makam Syekh Maulana Maghribi terlihat asri. Kadir, sesepuh di area makam Syeikh Maulana Maghribi mengatakan, selain Syekh Maulana Maghribi, juga terdapat makam-makam tokoh lainnya. Seperti Syeikh Subakir,  Sunan Kudus, Syeikh Subur, Syeikh Jumadil Kubro, Syeikh Jambu Karang, Syeikh Faqir Sugih, Syeikh Bandi Mati, Syeikh Juru Bahasa, Syeikh Wilodo Banyu dan Syeikh Kyai Pendeta.

'' Ada juga makam Syeikh Wali Panjang, Kyai Agung Bahurekso, Kyai Agung Pekalongan, Kyai Agung Wonobodro, Ki Gede Tungteng, Ki Gede Sopo, Ki Gede Penatas Angin, Ki Ageng Penderesan, serta Ki Gede Maling Aguna,'' tuturnya.

Makam Syekh Maulana Maghribi dan Ki Agung Pekalongan  tepat berada di bawah cungkup bangunan masing-masing. Makam Syeikh Maulana Maghribi lokasinya tepat berada di tengah bangunan semacam pendopo yang ditopang empat sokuguru. Tempatnya terlihat rapi, terbuat dari keramik, batu nisannya terbungkus kain mori, dan ditutup dengan tirai. Kemudian, di sekeliling makam terdapat tempat atau lantai keramik berkarpet  yang disediakan untuk tempat para peziarah membaca do’a, yasin, dan tahlil.

Cerita tentang Syeikh Maulana Maghribi sendiri berasal dari pengetahuan lisan. Kadir mengungkapkan, dirinya saat kecil pernah bertanya pada buyut atau orang-orang sesepuh tentang sejarah Wonobodro asal muasalnya seperti apa. Syeikh Maulana Maghribi, kata dia, merupakan penyebar Islam sebelum Walisongo. Dirinya datang bersama rombongan, dan terdapat 73 wali yang datang ke Wonobodro.

'' Syeikh Maulana Maghribi merupakan sesepuh dari para wali tersebut. Saat itu, kondisi di sekitar Wonobodro adalah hutan belantara,'' katanya.

Syeikh Maulana Maghribi bukan orang asli Wonobodro, bukan orang Batang atau Pekalongan, bukan pula orang Jawa, dan juga bukan pula orang Indonesia asli. Melainkan orang yang berasal dari daerah Maghribi (dari arah matahari tenggelam atau daerah barat). Atau sekarang mungkin berada di negara Maroko dan sekitarnya.

Dirinya datang bersama rombongan yang lain untuk melakukan dakwah penyebaran agama Islam, di tengah kehidupan masyarakat Jawa yang saat itu masih menganut ajaran Hindu atau Budha. Dakwah di tanah Jawa tidaklah mudah sebab  masyarakat Jawa sudah menganut keyakinan yang terlebih dahulu ada, dan harus berhadapan dengan makhluk-makhluk halus penunggu tanah Jawa. 

Cerita Syekh Maulana Maghribi, atau Mbah Wali sebagai panggilan di Wonobodro, dikenang secara lisan. Ceritanya turun-temurun dari anggota keluarga ke anggota keluarga yang lain. Dari generasi lama ke generasi baru melalui cerita dari  mulut ke mulut. Cukup banyak studi untuk mencoba membedah siapa sebenarnya Syeikh Maulana Maghribi. Setidaknya ada dua identitas yang dinisbatkan kepada tokoh Syeikh Maulana Maghribi.

Pertama, identitas tokoh Syeikh Maulana Maghribi yang dipahami sebagai Syeikh Maulana Malik Ibrahim atau yang lebih mereka kenal dengan sebutan Sunan Gresik. Kedua, identitas Syeikh Maulana Maghribi yang dipahami sebagai sebuah nama/sebutan yang dinisbatkan bagi mereka atau ulama yang menyebarkan agama Islam di tanah jawa yang asal-usulnya berasal dari Maroko (al-Mamlakah al-Maghribiyah). Berdasarkan salah satu cerita yang ada, daerah Wonobodro merupakan tempat ulama-ulama di masa lalu merumuskan strategi dalam melakukan proses penyebaran agama Islam. 

Sejarawan Batang M Ikhsan mengatakan, berbeda dari situs Ujung Negoro yang merupakan petilasan Syeikh Maulana Maghribi, di Wonobodro ini bukan sekedar petilasan, melainkan tempat pemakaman. Artinya, para pengikut Syeikh Maulana Maghribi ini tidak sekedar beristirahat dalam perjalanan dakwahnya, melainkan benar-benar bermukim hingga meninggal di tempat ini. Juga bukan satu makam, namun banyak, sehingga merupakan kompleks pemakaman. Penduduk setempat menyebutnya komplek makam aulia Wonobodro.

Hampir sepanjang tahun banyak penziarah dari berbagai tempat seperti Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Luar Jawa berdatangan ke komplek ini sehingga oleh pemerintah desa Wonobodro di jadikan momen haul tahunan yang diselenggarakan setiap bulan Muharram sekitar tanggal 11 sampai 13.  Keberadaan Komplek Makam Aulia Wonobodro membuktikan dakwah Islam di Nusantara pada waktu itu, di Jawa Tengah khususnya, tidak terlepas dari peran para aulia pengikut Syeh Maulana Maghribi yang berada di sini.

'' Hingga sekarang ini penduduk di kawasan Kecamatan Blado, Bandar,Reban, Tersono, Limpung dan Bawang terkenal sangat religius dan taat melaksanakan ajaran agama Islam karena warisan dakwah Syeikh Maulana Maghribi dan para pengikutnya,'' katanya. (trisno suhito)


















Comments

Popular posts from this blog

Mengintip Kehidupan Lokalisasi di Batang (2)

Mengintip Kehidupan Lokalisasi di Batang (3)