Mimpi yang Sama


Mimpi adalah bunga tidur. Dia menjadi teman saat manusia menjalani aktivitas yang rutin dilakukan; tidur. Mimpi juga bisa berarti cita-cita, pengharapan, tujuan atau sesuatu yang ingin dicapai. Dalam bahasa yang sering kita dengar, mimpi itu adalah visi. Apa yang ingin kita raih.

Mimpi bisa menjadi milik pribadi. Tapi juga bisa menjadi milik keluarga, perusahaan, organisasi, lembaga bahkan sampai negara dan dunia. Berbahaya sekali kalau kita tidak punya mimpi. Indonesia misalnya, mimpinya jelas. Ingin mewujudkan empat hal sesuai dalam preambule atau pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Empat hal tersebut menjadi tujuan dan MIMPI BERSAMA yang ingin dicapai. Menjadi guide atau petunjuk arah kehidupan berbangsa. Setiap bangsa harus memiliki tujuan yang jelas. Kalau tidak, mereka tidak akan punya arah. Demikian juga dalam aspek kehidupan yang lain. Semua harus punya MIMPI yang sama. Dalam kehidupan keluarga misalnya, juga harus punya MIMPI YANG SAMA; antara suami dan istri, sampai juga dengan anak-anaknya. Ibarat gelombang, frekeunsinya harus sama antara satu dengan lainnya.

Mimpi ini menjadi kesepakatan sehingga memberi energi pendorong dan penguat di tengah kehidupan keluarga. Dengan mimpi yang sama, maka kehidupan keluarga akan memiliki arah yang jelas. Semua harus memiliki kemauan yang kuat untuk bisa mewujudkan mimpi-mimpi itu. Kalau dianalogikan, mimpi ibarat garis tujuan yang ingin diraih. Garis tujuan itu akan bisa menjadi pemandu arah jalan  ketika bergerak agar jangan sampai keluar dari race yang ada. Tujua dan arahnya menjadi akan terlihat jelas.

Tidak hanya bangsa dan keluarga, level perusahaan, lembaga sosial dan bentuk rupa lain juga harus memiliki mimpi yang sama. Dengan demikian mereka akan punya orientasi dan tujuan yang terang, kemana harus mencapai. Tidak mudah memang untuk bisa memiliki mimpi yang sama. Sebab itu harus dibangun berdasarkan pemahaman yang luas. Tidak kalah penting adalah komunikasi. Ya, prasyarat utama paling mendasar dari keinginan akan mimpi yang sama adalah komunikasi. Komunikasi itu mengandaikan pelibatan akan diskusi, sharing, bertukar gagasan, agar bisa memunculkan mimpi yang sama.

Komunikasi juga mempersyaratkan kita mau mempertimbangkan dan menerima ide yang lain. Tidak boleh keras hati dan merasa ide kita paling benar. Dibutuhkan kerendahan hati untuk mendengarkan dan menerima pandangan yang berbeda. Itu butuh kedewasaan dan kematangan jiwa. Bukan semata-mata emosi, dan merasa pandangan kita yang paling benar.

Mimpi yang sama mensyaratkan adanya frame of reference yang berdialektika. Bukan membangun mimpi-mimpinya sendiri. Apalagi memaksakan mimpi pribadi. Kalau itu yang terjadi, maka pasti akan terjadi miss communication, frekuensi menjadi tidak sama. Begitu tidak sama, maka akan sulit untuk membangun trust, apalagi mimpi yang dibangun di atas kebersamaan. Kata kuncinya adalah komunikasi. Tentu saja disamping itu kemauan yang kuat dan tekad, bahwa ada sesuatu yang ingin dicapai secara bersama-sama.

Ironisnya, sebagai pribadi saja, kadang ada yang tidak memiliki mimpi. Apalagi mimpi bersama dengan yang lain. (trisno suhito)

Comments

Popular posts from this blog

Mengintip Kehidupan Lokalisasi di Batang (2)

Makam Syeikh Maulana Maghribi Wonobodro, Batang

Mengintip Kehidupan Lokalisasi di Batang (3)