Perasaan Kehambaan



Tujuan paling mulia dalam hidup kita sebagai manusia dan hamba sebenarnya adalah memperjuangkan Tuhan; Allah menjadi tujuan hidup.  Tidak semua orang bisa mencapai maqom ini.

Tapi banyak yang ingin mendaki dan meraihnya. Mereka ingin berproses. Baik karena kesadaran sejak awal, atau karena mereka mengalami peristiwa dalam hidup yang membuat mereka tersadarkan.

Padahal sebelumnya mereka tidak memikirkan dan bertujuan kesana. Namun ada moment dimana mereka kemudian tergerak hati dan imannya untuk menuju memperjuangkan Tuhan. Mendekat, merapat dan intens untuk berkomunikasi dengan Tuhan.

Memperjuangkan Tuhan berarti secara sadar, bahkan sangat sadar ingin secara serius menjalankan posisi kehambaannya. Tahu akan posisinya sebagai hamba. Dia tahu Tuhan begitu mencintainya, karena itu ingin membalas cinta tersebut dengan semangat penghambaan.

Memperjuangkan Tuhan bukan karena Tuhan yang butuh dirinya untuk disembah, tapi dia yang merasa tahu diri kelayakan sebagai seorang hamba adalah menunduk, bersujud dan menyembah Tuhan. Berhamba pada Tuannya.

Maka ketika seorang manusia sudah tidak ingin menyembah Tuhan sebenarnya dia sedang kehilangan perasaan kehambaan. Itu menyalahi fitrah sebagai seorang hamba. Tidak tahu posisinya sebagai hamba.

Shalat misalnya, jika hanya ditempatkan sebagai rutinitas maka akan membuat ibadah ini sekedar formalisme dan pengulangan. Hanya sebatas gerakan, dan tidak bisa membawa pada kesadaran sebagai seorang hamba.

Tapi kalau ditempatkan sebagai sebuah kesadaran penghambaan, maka dia akan memperjuangkan untuk melaksanakan dengan sepenuh hati. Itu sebagai wujud rasa cintanya pada pencipta dirinya. Ingin membalas cinta sang pencipta dengan ketulusan melakukan penyembahan.

Bersujud adalah ekspresi seorang hamba yang ingin berterima kasih pada penciptanya. Shalat adalah ruang untuk bertemu, bercengkerama dan bermanja-manja dengan Tuhannya. Adab sebagai seorang hamba maka kita diminta untuk dalam kondisi suci (melalui wudhu). Secara fisik, kita diminta bersih. Demikian juga secara batin kita diharapkan  bersih.

Demikian juga amal amal ibadah lainnya. Itu diharapkan bisa digerakan oleh kesadaran nurani kehambaan kita pada Tuhan. Ketika kita mau melaksanakan sesuatu yang dimaui Tuhan, berarti kita sedang memperjuangkan Tuhan untuk hadir dalam  nafas kehidupan; kesadaran sebagai seorang hamba.

Bukankah semua nabi dan rasul diturunkan untuk menyampaikan ajaran yang sama agar manusia sadar akan posisinya sebagai hamba. Demikian juga semua kitab suci berisi panduan agar manusia sadar kedudukannya sebagai hamba pada Tuan yang Maha Agung; Allah yang Esa.

Sudah sadarkah kita sebagai seorang hamba? (Trisno Suhito)












Comments

Popular posts from this blog

Mengintip Kehidupan Lokalisasi di Batang (2)

Makam Syeikh Maulana Maghribi Wonobodro, Batang

Mengintip Kehidupan Lokalisasi di Batang (3)