Mendadak Menjadi Pedagang di Tengah Pandemi


Pandemi virus Corona memberi dampak dalam berbagai sektor kehidupan. Termasuk memberikan pukulan dari sisi ekonomi. Tidak hanya di level makro ekonomi, tapi juga dari sisi penghasilan di tingkat keluarga atau perorangan. Dampaknya, banyak orang saat ini berpikir kreatif untuk mencari sumber-sumber penghasilan baru.

dan tidak mau  pasrah di tengah situasi yang ada. Namun bergerak mencari peluang-peluang mendapatkan uang dengan berjualan. Banyak orang yang mendadak menjadi pedagang. Caranya, mengkombinasikan bisnis rumahan dan online atau daring. 

Seperti yang dilakukan Gita Nuswantari (18), dari Desa Pasekaran, Kecamatan Batang, Kabupaten Batang. Di tengah wabah Corona, perempuan yang baru lulus  SMA ini mencoba usaha  agar tetap produktif dan bisa meringankan beban orang tua. 

Dengan pashion yang dimilikinya di bidang kuliner, Gita mencoba usaha yang bisa mendapatkan penghasilan. Selama ini dirinya belum sama sekali berkiprah di dunia wirausaha, namun saat pandemi, dia berusaha membuka usaha. Gita baru beberapa minggu ini menjual berbagai jenis pasta, seperti Macaroni Panggang Lumer, Spaghetti Panggang Lumer, dan Spaghetti Bolognese Original.

'' Pandemi berakibat terhadap kondisi keuangan orang tua. Maka saya memberanikan diri membuka usaha membuat makanan berbagai jenis pasta,'' tuturnya. 

Uniknya, dalam mengolah, memasak dan menghantarkan pesanan, Gita dibantu sang adik, Nadi Pertiwi, pelajar kelas 5 SD. Gita bercerita, mengawali usaha menjual pasta dengan mencari informasi dari internet tentang kumpulan resep makanan yang praktis dan bahannya mudah didapat.  Selanjutnya resep disempurnakan oleh ibunya. 

'' Dengan modal uang Rp 300 ribu, saya mengawali usaha ini. Alhamdulillah bisa berjalan sampai hari ini. Pemasarannya, sejauh ini melalui sosial media, seperti  Facebook, Whatsapp, dan Instagram. Pembelinya juga beragam mulai dari tetangga, teman, kerabat, relasi orangtua dan orang baru yang saya kenal di medsos,'' tuturnya. 

Gita menuturkan, sembari berjualan, dia harus pintar membagi waktu untuk belajar agar bisa diterima di kampus negeri impiannya. Dirinya mulai memasak di pagi hari sekitar pukul 05.00 WIB atau bakda Shubuh hingga pukul 10.00 WIB. Selanjutnya, pada siang hari, pesanan mulai diantar. Harga makanan yang dibuat Gita dan adiknya sangat terjangkau. Mulai Rp 6.000-Rp 14.000. 

Dengan bantuan pemasaran online, omzet yang didapatkan lumayan tinggi per hari sekitar Rp 150.000-Rp 200.000.

'' Di tengah kondisi sekarang ini, saya berusaha untuk tidak bergantung pada orang tua. Kita mencari peluang dengan passion serta kemampuan yang dimiliki. Apa yang saya lakukan masih proses belajar mencari penghasilan sendiri, sehingga kebutuhan pribadi seperti jajan, beli kuota, pulsa dan lainnya tidak harus meminta orang tua. Disamping itu, tentu saja, untuk menambah pengalaman, serta belajar berwirausaha,'' tuturnya. 

Reseller dan Dropshipper

Pandemi memang seperti dua sisi mata uang. Satu sisi berdampak dari aspek kesehatan di tengah masyarakat dan ekonomi. Namun di sisi lain, juga membuat banyak orang berusaha lepas dari zona nyaman dengan mencari sumber-sumber pendapatan ekonomi. 

Salah satunya dengan banting stir dan mencoba menjadi pedagang melalui jual beli online. Mereka berusaha memanfaatkan kemudahan teknologi internet sebagai ladang mencari uang. Di saat banyak lini usaha terseok-seok, tapi bisnis online justru mengalami peningkatan omzet.  

Farida Hanum, pemilik Batik Foda Pekalongan mengatakan, saat ini banyak orang baru yang menekuni jual beli online. Itu ditunjukan dengan meningkatnya orang-orang yang bergabung menjadi reseller dan dropshipper di usaha batik miliknya. Mereka berlatar belakang profesi yang beragam. Dari yang bekerja sebagai pegawai kantoran, aparatur sipil negara (ASN), ibu rumah tangga, sampai mereka yang tidak bekerja. 

'' Banyak orang-orang baru yang bergabung menjadi reseller dan dropshipper di Batik Foda. Mereka sebelumnya bukan pedagang, tapi kemudian menekuni jual beli batik via online karena marketnya yang sangat luas. Mereka tidak hanya dari Pekalongan dan Jawa Tengah, tapi dari berbagai daerah di Indonesia,'' katanya. 

Menurut Hanum, bisnis rumahan yang tersambung dengan online saat ini sangat menjanjikan. Tren penjualan online terus meningkat di tengah pergeseran perilaku masyarakat untuk lebih banyak di rumah dan menghindari kerumunan dengan adanya Covid-19. Apalagi teknologi memberikan kemudahan. Cukup dengan smartphone di tangan, orang dengan latar belakang profesi apapun sudah bisa berjualan dan menghasilkan uang. 

Dirinya mencontohkan, sebelum dan saat Lebaran kemarin, terjadi peningkatan permintaan akan produk-produk batik Pekalongan. Ini tidak lepas dari banyaknya orang-orang dari berbagai daerah di Indonesia yang menjadi penjual atau bergabung menjadi reseller.  


'' Belanja online sekarang menjadi gaya hidup. Terjadi pergeseran perilaku di tengah perkembangan zaman, ditambah lagi dengan kondisi pandemi yang ada. Mall-nya tidak lagi berupa fisik bangunan, tapi lewat toko-toko online. Sekarang orang berkerumunnya di grup-jual beli di Whatsapp, Telegram, fanpage Facebook atau Instagram,'' tuturnya. 

Lisa, salah seorang penjual batik online Pekalongan mengatakan hal senada. Penjualan batik via daring terus mengalami kenaikan. Saat ini semakin banyak orang dengan latar belakang profesi yang berbeda, tiba-tiba mau bergabung menjadi reseller. Ini tidak lepas dari banyaknya keuntungan menjadi reseller.  Pasalnya, mereka tidak perlu memproduksi barang sendiri. Cukup memposting produk dari produsen, kemudian mempostingnya di media sosial, ternyata bisa mendapatkan uang. 

'' Mereka yang mendadak jadi pedagang online awalnya memang agak sulit. Sebab harus rajin posting dan menguasai detail produk yang dijual. Tapi begitu sudah berjalan, akan mudah.  

Sistemnya juga sekarang simple dengan reseller dan dropship serta ekspedisi pengiriman barang yang sangat beragam,'' tuturnya. (trisno suhito)




Comments

Popular posts from this blog

Mengintip Kehidupan Lokalisasi di Batang (2)

Makam Syeikh Maulana Maghribi Wonobodro, Batang

Mengintip Kehidupan Lokalisasi di Batang (3)