Elemen-elemen masyarakat di Kota Pekalongan perlu aktif menyuarakan bahwa rob yang sudah terjadi lebih dari 10 tahun merupakan bencana besar agar bisa didengar oleh berbagai pihak.
Ingin Cari Jodoh di Lokalisasi, Tarif Rp 20 Ribu Tak Masalah Batang kini menjadi lahan subur bursa perdagangan seks yang strategis. Menjamurnya tempat-tempat prostitusi menggambarkan pesatnya pertumbuhan bisnis esek-esek ini. Bisa dikatakan, Batang telah menjadi salah satu surga transaksi seksual yang menggiurkan untuk disinggahi di jalur Pantura. Bahkan muncul istilah, dari ujung barat perbatasan Pekalongan sampai ujung timur perbatasan Kendal, kini bisa ditemukan tempat prostitusi di Batang. Bersama dengan warung remang-remang dan pangkalan truk, lokalisasi bak penopang mata rantai pelepas hasrat seksual ini. Meski dianggap tempat berdosa, namun bagi banyak Wanita Pekerja Seks (WPS), lokalisasi adalah tempat penebar harapan. Di sanalah mereka mengais rejeki. Mendapatkan uang sekaligus juga keluarga baru di tengah himpitan ekonomi yang mereka rasakan. Bahkan, di tempat itu mereka ingin meraih cita-cita indah untuk hari depan mereka; mendapatkan pasangan hi...
Masyarakat Tak Menolak, Pemkab Membiarkan Meski secara formal tempat prostitusi tidak dilegalkan, namun lokalisasi tumbuh menjamur di Batang. Tercatat saat ini ada tujuh tempat yang nyata-nyata menyediakan jasa transaksi wanita penghibur. Tujuh titik tersebut berada di Boyongsari, Jrakah Payung, Wuni, Bongcina, Petamanan Banyuputih, Penundan dan Sluwes Surodadi. Data terakhir Komisi Pemberantasan Aids (KPA) menyebutkan kini ada 475 perempuan yang bekerja sebagai Wanita Pekerja Seks (WPS) yang tersebar di berbagai tempat. Angka ini tentu sangat mengejutkan sebab tidak bisa dianggap kecil jumlahnya. Ironisnya lagi, tempat-tempat prostitusi ini seperti dibiarkan berkembang. Tidak ada penolakan dari masyarakat untuk menutup lokalisasi ini seperti di daerah lain. Pemkab Batang pun seakan acuh dengan perkembangan tempat-tempat mesum tersebut. Tak usah heran, jumlah penderita HIV/AIDS di Batang kini terus mengalami lonjakan setiap tahun. Data KPA menyebut, total ada...
Salah satu tantangan setiap pebisnis adalah merespons perubahan. Perubahan harus bisa dibaca dengan seksama, sedini mungkin dan dengan cepat. Kita tidak boleh terlambat membaca situasi, apalagi meresponsnya. Sebab kemampuan kita dalam membaca perubahan akan menentukan keberhasilan. Satu rumus baku yang harus dimiliki adalah kita jangan terperangkap dalam masa lalu. Kita hidup di masa kini, bahkan masa depan sudah hadir di masa kini (tomorrow is today). Jadi jangan pernah mengagungkan masa lalu, apalagi terjebak di dalamnya. Ingat kemenangan diraih oleh mereka yang selalu cepat bergerak, tanggap dan responsif dengan perubahan. Dan itu sifatnya masa kini serta masa depan, bukan masa lalu. Mengelola bisnis misalnya, tidak bisa kita terpaku dengan cara-cara model lama. Ketika perubahan teknologi datang, maka cara mengelola bisnispun harus menyesuaikan dengan zaman; dengan cara-cara baru. Setiap saat kita harus bisa melakukan self disruption. Selalu merespons dengan cara-cara ino...
Comments
Post a Comment