Demokrasi yang Matang dan Ancaman Kecurangan


Tadi malam, debat pamungkas atau final Pilpres 2019 sudah dilakukan. Jutaan masyarakat Indonesia menonton moment penting dan bersejarah ini. Ini merupakan debat terakhir sekaligus mengakhiri masa kampanye untuk kemudian masuk ke hari tenang, sebelum prosesi pencoblosan pada Rabu 17 April besok.

Banyak orang menunggu dan ingin menyaksikan penampilan dari pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga S Uno. Mereka ingin melihat perdebatan yang menarik karena  menjadi ruang ajang adu gagasan kedua pasangan jika nanti terpilih sebagai pemimpin negeri ini. Jika selama ini ruang publik kita diisi dengan adu caci maki, adu fitnah, adu hoax, adu kritik, maka debat menjadi ruang resmi dimana kedua pasangan bertarung saling beradu ide sekaligus program.

Saling kritik, saling menyerang program dan gagasan dibutuhkan masyarakat. Bukan justru basa-basi sopan santun semata. Sebab masyarakat butuh pengetahuan akan ide-ide dari calon pemimpin mereka. Pilpres adalah kompetisi serius karena akan menentukan arah bangsa ke depan. Jadi, kita tidak mempersoalkan jika debat berlangsung sengit. Justru itu yang dibutuhkan.

Sejujurnya saya merasa senang. Kita melihat, demokrasi Indonesia semakin matang. Lihatlah proses demokrasi berlangsung dengan damai. Ada keriuhan tapi tidak sampai menimbulkan pertikaian bersifat fisik. Ada mungkin, tapi skalanya sangat kecil. Keriuhan memang terjadi di media sosial, tapi di level kenyataan, lapangan, itu tidak terlalu mengkhawatirkan. Prosentase terjadinya benturan fisik sangat kecil. Ini merupakan kemajuan sekaligus kebanggaan bagi kita.

Pilpres yang menimbulkan pembelahan, ternyata tidak terlalu mengkhawatirkan. Demokrasi kita menuju suatu tahap kematangan psikologis dimana masyarakat dan  parpol semakin bisa menunjukan sikap bisa mengimplementasikan bahwa perbedaan sikap dan pilihan di Pilpres atau Pemilu adalah sesuatu yang biasa. Ya biasa, karena Indonesia sudah sangat terbiasa melakukan prosesi pemilihan pemimpin. Baik dari level RT sampai anggota dpr dan presiden. Belum sempurna memang, tapi ini adalah sebuah kemajuan. Perlu dan patut kita syukuri.

Kita berharap, pelaksanaan Pemilu pada Rabu besok akan berjalan aman dan damai. Tidak perlu bertengkar satu sama lain. Semuanya adalah satu bangsa. Mari kita jaga kebersamaan, persatuan dan persaudaraan yang ada. Tidak perlu saling membenci, apalagi berlebihan. Satu-satunya kekhawatiran yang muncul adalah soal KECURANGAN.

Kasus surat suara yang sudah tercoblos di Malaysia menunjukan, potensi kecurangan itu ada. Kita khawatir itu juga bisa terjadi di wilayah lain. Jika kecurangan hadir, maka demokrasi menjadi tidak bernilai. Susah payah kita berharap tinggi pada proses demokrasi, tapi kecurangan terjadi, maka itu akan membuat kita bergerak mundur. Apalagi biaya Pemilu sangatlah besar dari dana APBN dan sudah menyita perhatian besar masyarakat Indonesia. Jadi kita berharap, kematangan demokrasi bisa terus terjaga dan ditingkatkan, dan kecurangan tidak terjadi. Semoga saja.  (trisno suhito)








Comments

Popular posts from this blog

Mengintip Kehidupan Lokalisasi di Batang (2)

Makam Syeikh Maulana Maghribi Wonobodro, Batang

Mengintip Kehidupan Lokalisasi di Batang (3)