THE POWER

Apa sebenarnya kunci kesuksesan hidup? Power. Ya, kekuatan yang kita punya dan miliki bisa mengantar pada kesuksesan hidup. Lalu apa kekuatan kita sebenarnya? Kita sendirilah yang paling tahu. Caranya kita merenung, memikirkan dan mengukur seberapa besar dan banyak kekuatan kita tersebut.

The key is power. Kuncinya kita memahami kekuatan kita. Kemampuan diri yang menjadi kelebihan sehingga bisa menjadi keunggulan di tengah keragaman untuk membangun kualitas hidup. Selain itu, tentu saja jangan dilupakan, kita mesti mengenali apa saja KELEMAHAN yang bersembunyi dan menggelayuti diri.

Jangan sampai kita terlambat untuk mengenali kelemahan diri kita. Berbagai unsur-unsur negatif yang bersemayam sehingga bisa kita antisipasi bahkan (harus+mesti) kita hilangkan. Kita hapus, kita coret, kita type-ex, kita buang jauh, dan kita tenggelamkan untuk tidak bisa hidup lagi. Meski tak ada gading yang tak retak, seperti ungkapan pepatah, namun mengenali kelemahan diri bisa menjadi kunci sukses meraih kebahagiaan hidup.

Minimal kelemahan tereduksi. Tertangkap dan tidak kita kembangkan, apalagi dipertahankan. Kelemahan itu bisa sifat jiwa. Nurani yang menyatakannya. Dan, mesti kita dobrak dengan keberanian menusuk, mengambil lalu melemparkannya agar sifat diri kita tidak tercemari.

Kelemahan juga ada dalam sikap hati. Kepengecutan bisa menjadi watak yang kadang coba tertutupi dan ditutup-tutupi. Dari luar tampak berani, tapi dari batiniah sebaliknya; berputar-putar menyuburi keraguan dan ketidaksanggupan mengambil pilihan. RAGU, PLIN-PLAN, TIDAK BERANI, PENAKUT dan merasa INFERIOR. Itulah KEPENGECUTAN.

Maka, hidup itu harus betul-betul paham KEKUATAN. Apa saja yang dimiliki, itu yang harus dikembang-suburkan. Dipupuk, dipelihara, dikuat-tingkatkan, diberi vitamin motivasi terus-menerus, sehingga kokoh menopang keunggulan (kualitas) kehidupan.

Maka, kekuatan diri kita mesti harus kita ketahui secara detail. Apakah pada power of talk, power of think, power of write, power of phisicly, power of move, power of link, power of interprener, power of religion knowledge, power of English and other language, bahkan sampai power of kepekaan, power of creativity,power of reflektif atau power of material.

Disini, kemampuan mengukur dan mengetahui kekuatan (power) kita akan sangat menentukan kesuksesan dalam berjalan dan berlari bersama waktu yang tak pernah sejenak pun diajak berhenti. Karena, kita memang bukan yang memiliki waktu. Kita hanyalah sang peminjam, yang suatu saat di kelak hari, dituntut dan diminta pertanggung jawaban ketika menjalankannya. Maka, sungguh MERUGILAH, ORANG-ORANG YANG MEMBUANG WAKTU DENGAN SIA-SIA!!

Mengutip kata-kata dalam pentas Kyai Kanjeng dan seorang Emha A Najib, kita hidup itu sebenarnya harus untuk dan TERUS BELAJAR tentang SYAHADAT. Memahami, mengetahui maknanya, merenungi, mencari, serta menghidupi dan menjalankan secara nur-lahir-batin apa PRINSIP HIDUP hakiki sebagai selimut diri.

Inilah kesuksesan hidup sebenarnya. Memahami hakikat filosofi terdalam. Kekuatan (Power) yang tiada sanding dan banding diantara lainnya. Ialah yang diturunkan melalui wahyu, dengan perantara utusan-Nya, dibimbing makhluk super patuh untuk sampai pada diri kita, manusia.

Jadi, bekal kesuksesan hidup itu juga ---jangan sampai dialpakan---adalah dalam wujud ILMU. Allah sudah menjanjikan akan meninggikan derajat manusia yang selalu berusaha meningkatkan kualitas iman dan ilmunya. Jadi, ILMU BEGITU SENTRAL dalam menggapai kesuksesan hidup. Ia sekali lagi menjadi bagian dari usaha merengkuh kebahagiaan dan kesuksesan hidup kita. Sadarilah dan jangan sampai terlambat.
 
Ilmu bisa diperoleh dari siapa saja, dari apa saja, kapan saja dan dimana pun berada. Ia tersebar seperti dedaunan di tengah hutan yang bisa kita punguti sesuka kita untuk mengambil dan memilihnya. Ilmu tidak harus dari bangku kuliah—maksudnya tidak hanya tersedia dan disediakan di tempat tersebut. Bahkan banyak orang kuliah justru jadi merasa bodoh, tidak tahu apa-apa dan kehilangan filosofi hidup yang sesunggunya. Kalau seperti itu, berarti kampus justru ‘membunuh manusia’. Kesadarannya. Pencapain fitrah hakiki yang mestinya teraih---dari ruang sekolah, pondok pesantren ---sama seperti bangku kuliah, tidak ada jaminan juga seorang santri (baik tetap maupun kalong) mengerti ilmu dan makna yang diajarkan di tempat ini---, tempat persilatan, perusahaan, dan tempat-tempat lainnya.

Sungguh mengenali diri itu MEMERLUKAN ILMU. Memahami Power (kekuatan) itu juga butuh pengetahuan (knowledge). Ia adalah sebuah proses yang bisa jadi tidak pernah akan berhenti. Sebagai sebuah proses dan tidak berorentasi hasil instant, maka kita mesti setia untuk menghayati dan menikmatinya –mungkin--. Dan, pengetahuan itu juga sampai kita merasa berhenti dan terhenti untuk berusaha mendapatkannya.

So, jadi, nikmatilah kelebihan kita. Dan, bunuhlah segala kelemahan yang hanya akan menggerogoti kualitas hidup kita. Jangan pernah mau untuk merasa lemah dan dilemahkan. Kita adalah MANUSIA-MANUSIA UNGGUL yang harus TERUS HIDUP dengan ILMU dan PENGETAHUAN sebagai pupuk kesuburan UNTUK TERUS BELAJAR SYAHADAT.

Comments

Popular posts from this blog

Mengintip Kehidupan Lokalisasi di Batang (2)

Makam Syeikh Maulana Maghribi Wonobodro, Batang

Mengintip Kehidupan Lokalisasi di Batang (3)