Diskusi Tantangan dan Strategi Meningkatkan IPM Batang (1)
Peringkat 30 di Jateng, Pendidikan Harus Jadi Perhatian
Forum Layar Paseduluran Batang menggelar diskusi pengembangan daerah bertema
''Tantangan dan Strategi Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Batang''. Tulisan ditampilkan dalam dua seri.
SALAH satu tantangan besar yang dihadapi dalam proses pembangunan di Batang adalah rendahnya indeks pembangunan manusia (IPM). Di tingkat provinsi, IPM Batang berada di peringkat 30 dari 35 kabupaten/kota yang ada. Forum Diskusi Layar Paseduluran Batang yang digelar kerjasama Dewan Riset Daerah, Suara Merdeka dan Bappeda di meeting room Bupati Batang, Senin (18/12), mencoba membedah apa saja kendala yang menghambat kenaikan IPM Batang serta strategi yang harus dilakukan.
Kasie Statistik Sosial BPS Batang Ali Abrori mengatakan, IPM merupakan indikator penting guna mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia. IPM diperkenalkan oleh UNDP dan dipublikasikan secara berkala dalam laporan tahunan Human Development Report (HDR). IPM dibentuk oleh tiga dimensi dasar yakni umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan serta standar hidup layak.
'' IPM Kabupaten Batang terus meningkat selama 2010-2016, meskipun capaiannya masih berada di bawah angka nasional dan provinsi. Di 2016, IPM Batang pertumbuhannya paling tinggi di Jateng melebihi daerah lain yakni sekitar 1,41,'' katanya.
Pengukuran IPM di Indonesia menggunakan metode baru yakni angka harapan hidup, harapan lama sekolah, rata-rata lama sekolah dan pengeluaran perkapita. Dibanding 2015, IPM Batang di tingkat Jateng pada 2016 naik satu peringkat. Jika di 2015 berada di peringkat 31, maka di 2016 berada di peringkat 30. Untuk IPM Batang di 2016 sebesar 66,38. Angka harapan hidup saat lahir 74,46 tahun, rata-rata lama sekolah 6,42 tahun dan harapan lama sekolah 11,51 tahun. Sementara pengeluaran per kapita pertahun yang disesuaikan Rp 8,57 juta.
'' Meski IPM Batang terus meningkat sejak 2010-2016, namun berada di bawah angka nasional dan provinsi. Berbagai upaya harus dilakukan untuk meningkatkan IPM. Di sektor pendidikan misalnya, Pemkab harus mengurangi angka putus sekolah dan bagaimana anak sekolah bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Ini harus jadi perhatian,'' tuturnya.
Kepala Bapelitbang Batang Sabino Suwondo mengatakan, sektor pendidikan perlu menjadi prioritas utama untuk meningkatkan IPM Batang. Sebab sektor ini menyumbang kontribusi besar dalam rendahnya peringkat IPM.
'' Misalnya, untuk lama sekolah itu angkanya rendah. Jadi harus ada upaya mendongkraknya dengan kebijakan yang diambil,'' katanya.
Anggota DPRD Batang Yuswanto mengatakan, pendidikan menjadi persoalan yang harus ditangani serius oleh Bupati Wihaji dan Wakil Bupati Suyono jika ingin meningkatkan IPM. Pemkab perlu membuat blue print pendidikan disertai dengan database pendukung yang lengkap. Selain itu berbagai regulasi yang menghambat dunia pendidikan juga harus dipangkas.
'' Perencanaan anggaran ke depan harus ditekankan pada sektor pendidikan. Kita juga prihatin dengan banyaknya guru PNS yang pensiun. Di satu sekolah, sekarang ini guru PNS nya hanya satu sampai tiga orang. Sementara yang lain wiyata bhakti. Kalau persoalan guru ini tidak diatasi, maka IPM Batang bisa turun dan tidak naik,''. (trisno suhito)
Comments
Post a Comment