Disrupsi dan Kasali


Buku-buku karya Rhenald Kasali, saat ini menjadi salah satu buku yang sedang intens saya baca. Bukan tanpa sebab, saya membacanya. Sebab buku-buku  tersebut memberikan kekayaan perspektif selain buku-buku lain yang dibaca. 

Dari buku-buku Rhenald Kasali kita mendapatkan PISAU ANALISIS soal perkembangan dunia mutakhir terkait hadirnya era disruption. Saya membeli tiga seri buku disruption sekaligus di Toko Buku Salemba, Pekalongan. Tiga seri tersebut adalah '' Disruption. Tak Ada yang Tak Bisa Diubah Sebelum Dihadapi'', ''Tomorrow is Today (Inilah Inovasi Disruptif Perusahaan Indonesia dalam menghadapi Lawan-Lawan Tidak Kelihatan)'', dan ''Self Disruption. Bagaimana Perusahaan Keluar dari Perangkap Masa Lalu dan Mendisrupsi Dirinya Menjadi Perusahaan yang Sehat''.

Ini buku serial disruption yang cukup lengkap. Bisa membuka cakrawala kita tentang kehadiran sebuah era baru di tengah gelombang perubahan teknologi digital yang ada. Melalui buku ini, kita mendapatkan pisau analisis yang sangat berguna. Bagaimana ada era baru yang bisa jadi semua orang belum menyadari.

Era dimana adanya perubahan yang menimbulkan kekacauan dengan perangkat utamanya adalah teknologi digital. Era baru ini ditandai dengan hadirnya teknologi masa depan yang hadir di saat ini. ''Tomorrow is today''. Akibat dari hal tersebut, muncul pemain-pemain baru, strategi baru, cara-cara baru, budaya kerja baru yang menciptakan perubahan mendasar. Di media misalnya, koran mulai ditinggalkan karena ada media online yang pelan tapi pasti mulai menggusur media cetak konvensional.

Ada juga, transportasi online yang menggusur transportasi konvensional. Pemesanan tiket online, belanja online, kuliah online, dan berbagai hal lainnya yang melahirkan cara-cara baru dalam memproduksi sekaligus mengkonsumsi bagi manusia. Buku seri Disruption memberikan pengetahuan bagi kita bahwa perubahan besar sedang terjadi. Memberikan insight siapa yang tidak menyadari perubahan sedang terjadi dan tidak beradaptasi maka kemungkinan akan ''kalah'' dan ditinggal. Sementara mereka yang menyadari dan mengambil keputusan strategis untuk melakukan adaptasi akan bisa menjadi pemenang.

Rhenald Kasali memberikan contoh langsung perusahaan-perusahaan seperti Adaro atau PT Pembangunan Perumahan yang bisa mendisrupsi dirinya sehingga bisa eksis, bahkan bertumbuh di tengah disrupsi. Mereka tidak tumbang seperti perusahaan-perusahaan lainnya yang gagal beradaptasi dengan perubahan. Ada banyak perusahaan atau disruptor yang menciptakan pasar baru dengan cara-cara baru, yang tidak sama dengan cara-cara bisnis sebelumnya.

Melalui buku ini, kita diajak untuk menggunakan cara berpikir yang baru, bukan cara berpikir lama dalam merespons situasi. Kita diajak untuk wake up (bangun), bahwa masa depan sudah ada sekarang ini. Jangan sampai kita menggunakan cara berpikir lama, ide-ide lama, cara-cara lama, kebiasaan lama, strategi masa lalu dan produk-produk lama untuk merespons situasi kekinian. Kita diajak untuk sadar dan terlibat menghadirkan masa depan di masa kini (tomorrow is today), bukan masa lalu di masa kini (yesterday is today). Persoalannya, kita kadang asyik dengan masa lalu, sementara orang lain telah jauh melangkah dengan ide-ide transformasi menghadirkan masa depan di masa kini.

Dunia Baru

Disrupsi bisa mendorong lahirnya pelayanan bisnis yang lebih cepat, mudah, murah, efisien dan lebih baik. Faktor utamanya adalah TEKNOLOGI. Kita kadang merasa di zona nyaman sehingga banyak perusahaan akhirnya menjadi korban disruption. Melalui buku ini, kita dituntut untuk belajar tentang disruption secara serius. Ada perubahan besar dan mendasar yang harus disadari. Disruption adalah challenge (tantangan) yang harus dihadapi dengan cara berpikir yang kontekstual. Kita diminta untuk merespons dengan cara berpikir baru, ide-ide baru, kebiasaan baru, strategi baru dan produk-produk baru. Kalau tidak, maka akan bisa menjadi pihak yang menjadi korban disrupsi.

Kita juga dituntut untuk melihat ''dunia baru'' selain dunia yang kita geluti. Memiliki kompetensi-kompetensi baru diluar kompetensi yang sudah dimiliki. Demikian juga pada perusahaan-perusahaan harus bisa mendisrupsi dirinya. Jangan hanya terkonsentrasi pada satu bidang utama yang selama ini menjadi core bisnisnya. Segeralah mendiverensisasi diri karena bisa jadi core bisnis mereka tidak relevan lagi di tengah era disrupsi. Ada gelombang baru perubahan. Kalau tidak menyesuaikan diri, maka gelombang itu bisa membuat perusahaan terjerembab. Menjadi lazy company atau bahkan dinosaurus. Punah.

Berbagai perusahaan seperti Adaro misalnya. Tidak hanya bergelut dalam batu bara saja. Tapi telah mengembangkan model bisnis yang beragam. Adaro bertrasnformasi dari perusahaan tambang, menjadi penyedia energi terintegrasi. From pit, to port, to power. Begitu kata Boy Thohir Presiden Direktur PT Adaro. Adaro kini telah membangun delapan pilar usaha terintegrasi yakni Adaro Minning, Adaro Services, Adaro Logistics, Adaro Power, Adaro Land, Adaro Water, Adaro Capital dan Adaro Foundation. Mereka tidak ingin hanya bergantung pada bisnis batubara, tapi juga masuk ke berbagai pengelolaan bisnis lainnya. Termasuk pembangkit tenaga listrik uap (PLTU) dan pembangkit tenaga listrik air (PLTA).

Mereka menggabungkan penguasaan teknologi terbaru dengan manajemen yang efisien, kokoh serta kemampuan membaca situasi dan masa depan. Usaha mereka bertumbuh, dan aku baca di Majalah Tempo (13 Agustus 2018), Adaro mendapat penghargaan The Most Tax Friendly Corporate, sebagai salah satu perusahaan yang membayar pajak terbesar pada negara, sangat patuh
dengan laporan keuangan wajar tanpa pengecualian. Bahkan selama tiga tahun terakhir ini.

Demikian juga perusahaan-perusahaan lainnya. Mereka yang berhasil mendiruspi dirinya berhasil lolos dari kekalahan. Bahkan terus bertumbuh. Dirupsi banyak digerakan oleh anak-anak muda, yang tidak di gedung-gedung bertingkat. Tapi dari usaha di garasi rumah/kantor kecil, namun terus membesar. Tokopedia, Bukalapak dan perusahaan lainnya adalah contoh usaha yang digerakan bukan dari perusahaan raksasa awalnya, tapi kini meraksasa.  Mereka digerakan dari anak-anak muda yang belum punya pengalaman, tapi kompatible dengan zaman.

Mereka berhasil karena menawarkan kebaruan bagi masyarakat untuk membeli produk-produk. Sesuatu yang tidak ada sebelumnya. Kehadiran marketplace seperti ini, membuat retail-retail besar limbung bertumbangan. Belum lagi toko-toko online dengan skala kecil yang jumlahnya mungkin kini sudah ribuan. Toko-toko kecil dari usaha kecil menengah (UKM) mungkin ibarat ikan teri menghadapi ikan paus (retail besar). Namun ''ikan teri'' yang jumlahnya sangat besar ini, membuat ''ikan paus'' kehilangan pasokan makanannya.

Disrupsi adalah kenyataan. Itu realitas ekonomi sekarang ini. Bagi yang tidak segera berbenah dan merubah cara berpikirnya, harus bersiap menghadapi kekalahan. Ia akan tertinggal, tumbang dan terancam eksistensinya. Namun bagi mereka yang bisa menyesuaikan diri akan bisa tumbuh, melaju dan menang.

Masih jarang ada buku khusus tentang disrupsi. Saya berharap, akan ada kajian-kajian baru lagi soal disrupsi selain yang ditulis Rhenald Kasali. Ini akan sangat bermanfaat agar menjadi bagian dari kekayaan intelektual sekaligus memandu masyarakat dalam merespons zaman. (trisno suhito)



























Comments

Popular posts from this blog

Mengintip Kehidupan Lokalisasi di Batang (2)

Makam Syeikh Maulana Maghribi Wonobodro, Batang

Mengintip Kehidupan Lokalisasi di Batang (3)