Infrastruktur Bisnis dan Politik

Pemilu 2019 sebentar lagi akan digelar. Berbagai dinamika hadir mengiringi pelaksanaan pesta demokrasi di tahun depan. Ada gerakan #2019gantipresiden yang mendukung proses pergantian Presiden Joko Widodo. Ada gerakan pendukung Presiden Joko Widodo yang juga tidak kalah besar. Sebelumnya, proses pemilihan capres cawapres juga membikin suasana politik menghangat yang berujung terpilihnya dua pasangan yakni Joko Widodo- KH Makruf Amin dan Prabowo Subianto - Sandiaga Salahudin Uno.

Pelaksanaan Pilpres dan Pileg 2019 memang menjadi magnet tersendiri. Termasuk mereka yang sebelumnya berstatus aktivis. Cukup banyak teman-teman aktivis yang kemudian memilih untuk ikut berkompetisi dalam Pemilu 2019 dengan cara menjadi calon anggota legeslatif melalui partai politik yang ada. Saya melihat teman-teman berupaya masuk ke gerbong politik untuk menjadi anggota parlemen dan ingin mewarnai dinamika politik di Indonesia.

Kita tidak tahu motif sesungguhnya dari mereka yang masuk ke politik. Ada yang murni untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat. Mereka memiliki kompetensi keilmuan dan jejaring yang baik dan diharapkan bisa menjadi bagian dari perubahan yang lebih baik di tingkat daerah maupun nasional. Namun kita juga tidak bisa menghindari, ada dari mereka yang ingin ''mencari pekerjaan' dengan memanfaatkan momentum proses politik tahun depan. Mereka berharap, bisa menjadi anggota legeslatif meskipun tidak memiliki kapasitas untuk menunjangnya.

Namun kita harus hargai perjuangan siapapun yang ingin masuk ke dunia politik. Harapan kita tentu saja semuanya bisa berkontribusi secara riil pada masyarakat. Di saat banyak teman-teman yang berupaya mengawali, berikhtiar dan mencoba membangun infrastruktur politik, saya mengambil keputusan berbeda. Ini bagian dari pilihan yang diambil. Saat ini saya lebih berfokus pada berupaya membangun infrastruktur bisnis.

Ini merupakan pilihan sadar dan  rasional. Saya ingin membesarkan usaha yang sudah dirintis bersama istri melalui Batik Foda. Kita berharap bisa lebih fokus lagi sehingga usaha kita bisa tumbuh. Tidak hanya melalui toko yang ada di rumah, tapi juga melalui digital dengan www.batikfoda.com yang kita kelola. Kami saat ini sudah berani memulai langkah untuk berproduksi kembali dengan membuat daster kaos payung. Ini merupakan langkah lompatan setelah sebelumnya kita terhenti berproduksi dan hanya bersifat jual beli barang-barang dari produsen. Kita sekarang menjadi produsen.

Kita berharap, dari produksi ini bisa lebih memenuhi kebutuhan pasar. Selain produksi, kita juga berharap, usaha melalui online akan terus tumbuh. Website www.batikfoda.com memang kemarin belum maksimal karena karyawan kami yang memegang admin resign. Saat ini kami sudah menemukan kembali karyawan yang menjadi admin www.batikfoda.com. Semoga ini akan kembali membuat langkah-langkah usaha kami bisa lebih cepat lagi.

Ring 1

Suatu saat di 2009 saya bertemu dengan Anies Baswedan yang dulu masih menjabat sebagai Rektor Paramadina Jakarta, dan kini sudah menjadi Gubernur Jakarta. Perbincangan antara Anies, saya dan salah seorang teman ada di ruangan Rektor Paramadina. Saat itu Anies menyampaikan, salah satu peluang bagi anak-anak muda yang harus dimasuki, termasuk oleh kaum aktivis, adalah dunia bisnis. Jangan semua anak-anak muda fokus untuk masuk ke dunia politik. Sebab ibarat sebuah ruangan, pintu untuk masuk kesana banyak ingin dilalui. Banyak sekali anak-anak muda dan juga generasi tua yang ingin masuk ke dunia politik. Sementara dunia bisnis tidak sebanyak di dunia politik.

Dia membayangkan, akan sangat bagus jika anak-anak muda yang memiliki perspektif sosial dan berbasis gerakan, masuk ke dunia bisnis. Dunia bisnis masih menjadi milik orang atau kelompok tertentu. Belum ada ''pemain-pemain baru'' dari kalangan muda yang bisa mengimbangi kelompok-kelompok  yang sudah mapan melalui konglomerasi mereka. Anies menyampaikan, kompetitor kita anak-anak muda bukanlah hanya berasal dari gerakan mahasiswa seperti HMI, PMII, KAMMI, GMNI, dan lainnya. Tapi justru ribuan anak-anak muda Indonesia yang sedang kuliah di luar negeri. Baik di Amerika Serikat, Jepang, Australia, negara-negara Eropa dan lainnya

Mereka jumlahnya RIBUAN dan salah satu yang dominan adalah mereka mengambil pilihan setelah lulus untuk terjun ke dunia bisnis. Bukan politik. Mereka dibekali dengan ilmu, jejaring atau networking, kemampuan bahasa asing yang terlatih dan kelebihan-kelebihan lainnya. 10-15 tahun lagi, mereka bisa jadi yang berada di ring 1 dunia bisnis dan memegang kendali ekonomi. Bukan tidak mungkin, setelah berada di ring 1 dunia bisnis, mereka juga akan masuk dan berada di ring 1 dunia politik. Mereka membangun infrastruktur di dunia bisnis dulu, baru ke politik. Dan mereka tidak memiliki persoalan dari sisi kapital atau modal karena memang sudah kuat. Sementara para politisi yang tidak berasal dunia bisnis, biasanya akan mencari pendanaan yang biasanya memiliki resiko. Seperti melalui pinjaman, broker, sampai dana-dana proyek pemerintah.

Saya sendiri telah menetapkan pilihan. Saat ini ingin fokus membangun infrastruktur bisnis. 10-15 tahun lagi, kita ingin menjadi bagian dari orang yang berada di lingkaran 1 dunia bisnis. Fondasi kesana sedang dibangun. Saya juga tidak ingin terburu-buru karena memang proses tidak instan. Tapi cita-cita, visi dan semangat diarahkan kesana, disamping hal-hal lain yang tetap menjadi prioritas seperti bergerak di dunia sosial dan jurnalistik. Urusan suatu saat apakah akan masuk ke dunia politik atau tidak, itu terserah waktu yang akan menjawab. Untuk saat ini, politik praktis tidak menarik bagi saya.

 











Comments

Popular posts from this blog

Mengintip Kehidupan Lokalisasi di Batang (2)

Makam Syeikh Maulana Maghribi Wonobodro, Batang

Mengintip Kehidupan Lokalisasi di Batang (3)