Minggon Jatinan Hutan Kota Rajawali Batang


Beli Makanan Pakai Koin Kreweng, Bungkus Makanan dari Daun Jati 

STRATEGI penguatan pariwisata terus dilakukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Batang. Salah satunya dengan menghadirkan tempat-tempat baru sebagai destinasi wisata. Minggu (22/4), ribuan orang memadati Hutan Kota Rajawali (HKR) di Kota Batang. Di tempat ini, kepadatan begitu terasa menyambut peluncuran perdana (launching) Minggon Jatinan oleh Bupati Wihaji.

Minggon Jatinan adalah ide baru yang ditawarkan Pemkab Batang untuk menghadirkan wisata kuliner di kawasan HKR. Konsep yang digagas oleh istri Bupati Wihaji,  Uni Kuslantasi ini mengajak masyarakat menikmati kuliner tradisional di bawah rindangnya pepohonan hutan jati. Bungkus makanan yang disajikan tidak boleh pakai plastik dan kertas. Harus dari alam seperti daun jati, daun pisang dan produk alam lainnya.

Selain itu, gelas atau alat untuk makan dan minum juga berbau tempo dulu. Bukan yang kekinian. Untuk alat tukar pembelian juga unik, menggunakan koin terbuat dari pecahan genteng atau kreweng. Satu koin kreweng bernilai Rp 2.000.

'' Minggon jatinan adalah destinasi wisata kuliner mengangkat keunikan dengan melibatkan UMKM. Menyediakan makanan tradisional, lokal dan harus dibuat dengan inovasi. Minggo Jatinan ini ide istri Bupati Wihaji, Uni Kuslantasi beserta PKK, Dekranasda dibantu dinas instansi terkait '' ujar Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Wahyu Budi Santoso.

Rencananya,  minggon jatinan akan digelar setiap satu minggu sekali. Selain makanan zaman dulu, minggon jatinan juga diisi dolanan tempo dulu, hiburan rakyat sampai halal tourism. Dian, penjual nasi liwet dari Dracik Kampus Batang, mengaku senang dengan gagasan kegiatan Minggon Jatinan. Sebab, selain unik, juga ternyata bisa menarik banyak pembeli. Tak butuh waktu lama, nasi liwet miliknya ludes terbeli oleh mereka yang datang sekitar pukul 08.00 WIB.

'' Tempat jualan kita sudah disetting pakai bambu. Bungkusnya pakai daun jati atau daun lainnya. Dilarang menggunakan plastik maupun kertas. Konsepnya tempo dulu. Pokoknya unik,''.

Daya Tarik

Bupati Wihaji mengungkapkan, Minggon Jatinan sebagai upaya pemerintah daerah mengeliatkan usaha makanan tradisional. Dirinya ingin ada inovasi dan kreativitas penyajian makanan tradisonal tanpa harus meninggalkan kealamiannya. Ini karena sekarang masyarakat sudah pengin kembali ke alam atau back to nature.

'' Kita berharap  Minggon Jatinan menjadi menjadi daya tarik. Tidak hanya dari Kabupaten Batang, tapi juga luar daerah. Ini  untuk mendukung program tahun kunjungan wisata 2022 Kabupaten Batang dengan tagline Batang Heaven of Asia,'' ujarnya.

Pemerhati budaya Batang Fatchurrozak Fazani menyambut baik kegiatan minggon jatinan. Menurut dia, minggon jatinan  perlu diteruskan karena bernilai positif bagi masyarakat. Seperti menjadi sarana pengenalan wisata, peningkatan ekonomi khususnya UMKM, serta peningkatan kesadaran lingkungan. Dirinya berharap, minggon jatinan menjadi ruang untuk pendorong penguatan sektor pariwisata di Kabupaten Batang. 

'' Dalam kegiatan tersebut, ada baiknya jika diiringi promosi wisata lain yang ada di Batang. Seperti dengan pembagian brosur promosi maupun agenda pariwisata sehinggan membuat pariwisata di Batang menjadi semakin dikenal,'' katanya. (trisno suhito) 

Comments

Popular posts from this blog

Mengintip Kehidupan Lokalisasi di Batang (2)

Mengintip Kehidupan Lokalisasi di Batang (3)

Transmart Pekalongan