PLTU Dorong Batang Jadi Magnet Investasi dan Industri
Pembangunan megaproyek PLTU Batang berkapasitas 2x1.000 megawatt sedang terus dikerjakan. Selain menjadi salah satu pusat pembangkit listrik nasional, kehadiran PLTU terbesar di Asia Tenggara tersebut akan berdampak positif bagi daerah. Batang ke depan akan bisa menjadi magnet bagi investor dan industri.
Di tengah lahan seluas 226 hektare yang tersebar di Desa Ujungnegoro, Karanggeneng dan Ponowareng, ribuan orang juga sedang melakukan berbagai pekerjaan konstruksi. Mereka tidak hanya dari Batang, tapi juga dari luar Batang, bahkan dari luar negeri.
Saat ini berbagai tahapan saat ini sedang terus dikebut. Ada pembangunan gardu induk dan tower transmisi. Ada juga pekerjaan turbin dan boiler, pemasangan coal bunker, water treatment, water intake pond dan struktur chimney and flue gas desulphurization. Belum lagi pembangunan coal bunker, cooling water pipe di area lepas pantai sampai coal unloading jetty untuk transportasi batubara dan pekerjaan fisik lainnya.
Presiden Direktur PT Bhimasena Power Indonesia (BPI) Takashi Irie mengatakan, pembangunan konstruksi fisik PLTU Batang sampai saat ini sudah berjalan 22 bulan, sejak dimulai pada Juni 2016.
'' Progressnya sekarang sudah mencapai 40%. Ini sesuai dengan rencana dan jadwal,'' ujarnya, Jum'at (16/3).
PLTU Batang merupakan proyek infrastruktur yang didesain sebagai yang terbesar, tertinggi dan pertama. Terbesar karena kapasitasnya mencapai 2x1.000 megawatt, merupakan pembangkit terbesar di Asia Tenggara. Nilai investasinya juga berskala jumbo, mencapai Rp 4,2 miliar US dollar atau Rp 55,8 triliun. Tertinggi, karena menggunakan standar sistem pengelolaan lingkungan dan sosial (IFC PS 2012, JBIC guidelines, EP III) serta standar Amdal untuk proyek penyedia listrik swasta.
Sementara disebut pertama karena merupakan proyek kerjasama pemerintah dan swasta yang pertama di sektor kelistrikan di Indonesia. PLTU Batang juga pembangkit listrik yang pertama menggunakan teknologi ultra super kritikal di Indonesia serta penyedia listrik swasta yang menerapkan aturan Bank Indonesia untuk keharusan pembayaran dalam rupiah.
'' Pembangunan PLTU Batang dijadwalkan mulai operasional untuk Unit I pada Juli 2020 dan Unit II pada Desember 2020. Pada Desember 2019 diharapkan sudah sinkronisasi dan testing sehingga pada 2020 sudah bisa operasional,'' kata Takashi Irie.
Pria kewarganegaraan Jepang ini menambahkan, PT BPI berkomitmen untuk bisa melakukan pekerjaan konstruksi PLTU dengan tepat waktu dan kualitas yang baik. Selain itu juga akan selalu berdampingan serta bersinergi dengan masyarakat karena ini merupakan bagian dari nilai-nilai yang dipegang teguh oleh PT BPI.
Salah satu wujud pelibatan masyarakat adalah dengan jumlah tenaga kerja dari Kabupaten Batang yang jumlahnya mencapai hampir 30% dari total seluruh pekerja. Saat ini jumlah pekerja PLTU ada 5.107 orang terdiri dari tenaga kerja dari Indonesia 4.968 orang dan tenaga kerja asing 139 orang. Dari 4.968 pekerja dari Indonesia tersebut, pekerja dari Kabupaten Batang berjumlah 1.481 orang (29,81%) dan luar Batang sebanyak 3.487 orang (70,19%).
'' Mayoritas pekerja dari Batang memang untuk pekerja lapangan atau yang bersifat unskill. Tapi juga ada yang di engineer dan pekerja bidang lainnya. Kami dari PT BPI juga terus membuka peluang warga Batang untuk bisa bekerja di PLTU,'' tuturnya.
Kehadiran PLTU secara langsung dan tidak langsung memberi dampak multy player effect yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus mengurangi angka pengangguran. Deputi General Manager Sipil PT Bhimasena Power Indonesia (BPI) Trisna Riyanta mengatakan, bahan baku untuk menggerakan PLTU Batang adalah batubara yang didatangkan dari Kalimantan. Jika sudah operasional, begitu batubara didatangkan menggunakan kapal, maka dibawa ke area PLTU menggunakan jetty yang saat ini sedang dibangun. Selain itu dermaga untuk kapal juga dalam proses pembangunan.
'' Dalam satu hari batubara diangkut menggunakan dua kapal dengan kapasitas mencapai 14.000 dead weight ton (DWT). Pasokan batubara berasal dari Kalimantan dengan suplay dari PT Adaro,'' katanya.
Trisna menjelaskan, per hari, kebutuhan batubara akan mencapai 20.000 ton. Itu berarti, setiap bulan kebutuhannya sebanyak 600.000 ton. Jumlah yang besar dan batubara yang ada akan ditampung di coal yard dengan lahan seluas 15 hektare. Batubara akan dibakar di boiler guna menggerakan mesin turbin. Sedangkan untuk pendingin, akan dipasang pipa untuk mengalirkan air dengan proses yang sudah didesain sedemikian rupa sehingga benar-benar aman ketika dialirkan kembali ke laut.
'' Boiler dan turbin untuk unit I sekarang ini dalam proses konstruksi. Sedangkan boiler dan turbin unit II masih proses pondasi. Sedangkan untuk cerobong asap, pondasinya juga sedang dikerjakan,''.
Trisna menambahkan, ke depan, jika proses produksi listrik sudah dilakukan, maka listrik yang dihasilkan akan dibawa ke gardu induk yang jaraknya 5 Km dari lokasi PLTU Batang. Pembangunan PLTU Batang sesuai jadwal konstruksi selesai pada 2020. Untuk kontrak penjualan, PLN membeli daya listrik selama 25 tahun sejak hari komersial (COD). Operasi dan perawatan dibawah manajemen PT BPI.
'' Setelah itu, listrik yang dihasilkan akan disambungkan dengan transmisi Jawa Bali guna memenuhi kebutuhan listrik masyarakat,'' katanya.
Comments
Post a Comment