Kekalahan Timnas dari Thailand Sangat Mengecewakan

Rasa kecewa masih menggelayuti dengan kekalahan Timnas sepakbola Indonesia atas Thailand dalam Piala AFF 2018, Sabtu malam (16/11). Bukan hanya kekalahan telak 4-2 dari skor yang ada dan kita belum bisa mengalahkan Thailand, tapi di luar itu adalah permainan Timnas yang jauh dari ideal. Tidak ada lagi permainan indah seperti saat Timnas dilatih Luis Milla. Tidak muncul bola  bola mengalir dengan umpan-umpan pendek cepat yang dilakukan antar pemain.

Perbedaan karakter permainan sangat jelas terlihat ketika Timnas dilatih Bima Sakti. Padahal Bima Sakti adalah asisten Luis Milla saat dirinya melatih Timnas. Perbedaannya sangat kontras. Di tangan Bima Sakti, permainan Timnas begitu membosankan, tidak asyik saat dilihat. Tidak terdapat seni permainan kecantikan sepakbola. Rasa tika-taka khas Spanyol seperti saat Luis Milla yang melatih, hilang begitu saja. Permainan anak-anak Timnas begitu hambar. Membosankan.

Belum lagi mereka mengalami kekalahan telak 4-2. Padahal dari segi teknik pemain Indonesia tidaklah kalah dengan pemain Thailand. Bahkan kita lebih baik sebenarnya jika dilihat dari standar teknik per individu. Tapi sistem permainan yang diciptakan merubah semuanya. Pemain Timnas seperti tidak memiliki filosofi permainan indah lagi. Sentuhan seni nya sama sekali hilang. Belum lagi Bima Sakti juga seperti tidak bisa mengangkat mental anak-anak asuhnya. Saat mental pemain Timnas drop, Bima Sakti yang didampingi juga oleh mantan pemain Timnas Kurniawan Dwi Yulianto dan Kurnia Sandi juga gagal mendongkrak kepercayaan diri pemain. Alhasil kombinasi ketiadaan filosofi permainan, rapuhnya mental dan rasa percaya diri, serta komunikasi antar pemain membuat Timnas kalah sangat telak dari Thailand. Bukan soal skor 4-2, tapi kekalahan telak yang dimaksud adalah persoalan empat faktor tersebut begitu menyesakan.  



Kita tidak tahu lagi harapan apa yang tersemat untuk Timnas sepakbola Indonesia. Sebelumnya, saat Timnas dilatih oleh Luis Milla, permainan Timnas begitu menggoda. Mereka tampil rancak dengan sentuhan bola-bola pendek yang enak ditonton. Meskipun belum bisa selalu memberikan garansi kemenangan Timnas dalam setiap permainan, namun Luis Milla bisa menghadirkan filosofi khas Spanyol. Sepakbola adalah sebuah seni yang indah ditampilkan di atas lapangan dengan para pemain adalah aktor-aktornya. Di bawah Luis Milla, permainan Indonesia tampil memikat, enak ditonton dengan bola yang terus mengalir dari satu pemain ke pemain lainnya. Ada kenikmatan menonton saat Timnas bermain dipimpin Luis Milla. Ternyata Indonesia bisa menyuguhkan permainan indah, dari kaki ke kaki dengan bola-bola pendek, ala Barcelona atau Timnas Spanyol. Itu karena ada transformasi dari sang pelatih yang ditularkan. Ini sebuah kemewahan yang belum kita lihat dari Timnas sebelumnya.

Timnas kita sebelumnya terlihat asal bermain dengan bola-bola panjang atau cara bermainnya kurang menarik. Namun di bawah Luis Milla begitu terasa perbedaannya. Di Asia Games 2018 misalnya, kita melihat penampilan Timnas benar-benar menggoda, memikat dan bikin penonton merasa ikut gumregah. Kita seperti ikut larut dalam keindahan permainan mereka. Meskipun belum bisa melangkah jauh di Asia Games, namun perbedaan itu bisa dirasakan secara hati. Itulah sepakbola yang dirindukan oleh masyarakat Indonesia. Keindahan permainan yang ditampilkan, meskipun belum berujung prestasi atau piala. 

Sayangnya masa jabatan Luis Milla melatih Timnas terhenti. Kita tidak tahu masalah apa yang membuat Luis Milla tidak melatih Timnas lagi. Dari informasi yang ada katanya soal gaji beberapa bulan yang tidak dibayar oleh PSSI. Luis Milla pantas marah dengan persoalan ini karena ini faktor ketidakprofesionalan PSSI. Gaji Luis Milla konon termasuk besar Rp 2 miliar setiap bulan. Angka yang termasuk sangat besar untuk ukuran Indonesia. Namun ketika sudah berani mengundang pelatih kaliber, PSSI tentu harusnya bisa tahu konsekuensinya. Bayaran besar Luis Milla harusnya bisa diprediksi dari awal dengan kemampuan keuangan mereka. Atau dicarikan solusi seperti apa dengan situasi yang dihadapi. Ketika Asian Games selesai, dan Luis Milla menyatakan keenggannya kembali ke Indonesia karena gajinya belum dibayar PSSI, yang tertampar adalah nama Indonesia.

Sebab itu sangat memalukan karena kemudian diketahui publik secara luas. Tidak hanya dari dalam negeri tapi juga luar negeri, dimana Indonesia tidak membayar gaji Luis Milla beberapa bulan. Ketidakmampuan federasi sepakbola Indonesia telah membawa nama Indonesia sebagai sebuah bangsa tersangkut paut. Sebab tidak lagi sekedar menyebut nama PSSI, tapi Indonesia tidak membayar atau menunggak gaji Luis Milla. Ini sangat memalukan tentunya.

Kini kita harus melihat dampak dari tidak melatihnya Luis Milla. Di ajang Piala AFF, kita kalah dari Singapura, menang 3-1 dari Timor Leste dengan perjuangan berat dan kalah telak dari Thailand 4-2. Yang paling disesalkan tentu saja adalah hilangnya permainan indah Timnas. Kita tidak merasakan lagi sentuhan aliran bola-bola pendek bercampur dengan kecepatan serta talenta para pemain Timnas. Yang ada adalah permainan membosankan dan kekalahan. Entah seperti apa nasib Timnas ke depan? Tidak hanya di ajang Piala AFF tapi juga dalam kompetisi lainnya. Kita juga tidak tahu apa respons PSSI saat ini yang dituntut masyarakat untuk berprestasi. Belum lagi soal tuntutan mundur pada Ketua Umum PSSI Edi Rahmayadi yang dinilai tidak fokus memimpin federasi sepakbola Indonesia karena saat ini juga menjadi Gubernur Sumatera Utara.  

Masih ada laga Timnas dengan Filipina di penyisihan Piala AFF. Filipina tidak bisa dianggap remeh karena sekarang dilatih Sven Goran Erikksen, pelatih bangkotan dari Swedia. Filipina juga sudah menang atas Singapura dan Timor Leste. Kita tunggu saja seperti apa hasilnya? Kalau memang Timnas kalah lagi dan tidak berprestasi, sebaiknya PSSI segera mengkoreksi pelatih Bima Sakti digantikan dengan lainnya. Syukur-syukur Luis Milla yang kembali melatih Timnas. Apakah Luis Milla mau? Entahlah.


NB: Sumber foto dari JPNN dan Tribun












   

Comments

Popular posts from this blog

Mengintip Kehidupan Lokalisasi di Batang (2)

Makam Syeikh Maulana Maghribi Wonobodro, Batang

Mengintip Kehidupan Lokalisasi di Batang (3)