Menabung sejak Tahun 1990, Pedagang Susu Keliling Berangkat Haji

ALLAH yang memanggil, Allah yang memudahkan. Keyakinan itu tertancap pada diri Munawir (55), penjual susu keliling  dan susu telor madu jahe (STMJ) yang tahun ini akan berangkat menunaikan ibadah haji. Warga Gang Dukuh, Jalan Yos Sudarso 14 Batang ini betul-betul merasakan kegembiraan karena cita-citanya akhirnya terkabul untuk menunaikan ibadah haji.

Kegembiraannya semakin bertambah karena dia dapat berangkat bersama sang istri, Setiya Handayani (45), 12 Agustus mendatang. 

'' Saya tidak menduga akan bisa berangkat pergi haji. Saya sangat senang karena cita-cita ini akhirnya tercapai,'' ujar Munawir, Selasa (1/8).

Munawir menceritakan, niat berhaji dimiliki Munawir sejak bersekolah di Madrasah Tsanawiyah. Untuk membiayai sekolah dan membantu ekonomi orang tua, dia harus berjualan susu sapi keliling menggunakan sepeda ontel. Pekerjaan berjualan susu terus dia lakukan saat duduk di Madrasah Aliyah dan setelah lulus sekolah. Dengan sepeda yang dimiliki, dia berkeliling menjual susu di wilayah Karangasem, Sambong, Tegalsari, sampai wilayah Pasekaran sejak Tahun 1975. Jangan dibayangkan kondisi jalannya seperti sekarang ini. Saat itu medan yang ditempuh masih sulit dan dilakukan dengan bersepeda.

'' Saya terus berjualan susu keliling dan di tahun 1990, saya kemudian menabung dengan niat untuk berhaji. Sambil berjualan susu keliling, saya juga membuka lapak berjualan susu telor madu jahe (STMJ). Pagi sampai siang, berjualan susu keliling. Sementara malam berjualan STMJ,'' katanya.

Tekad untuk menunaikan rukun Islam ke 5 tak pernah surut pada diri Munawir. Meski pekerjaaanya berjualan susu keliling, namun semangatnya terus menyala. Di tahun 1990, niat itu diwujudkan dengan mulai menabung di rumah. Per hari, dia menabung antara Rp 3.000 sampai Rp 5.000 per hari di celengan yang disediakan di rumah.

'' Jika dagangannya sedang ramai dia menabung Rp 5.000 dan jika sedang kurang ramai Rp 3.000.
 Uang tersebut tidak saya utak-atik. Saya tidak berputus asa. Selama berjualan susu keliling saya naik sepeda terus, belum pernah naik sepeda motor,'' tuturnya.

Di sekitar tahun 2011, Munawir mendengar ada program dana talangan berhaji dari pemerintah. Syaratnya mereka yang ingin berhaji diminta menyediakan dana sebesar Rp 5 juta, dan sisanya Rp 20 juta akan ditalangi oleh bank. Dana itu untuk pendaftaran awal pergi haji. Munawir kemudian mengambil dana talangan tersebut. Dia bersama sang istri masing-masing menyerahkan Rp 5 juta dan mendapat dana talangan Rp 40 juta dari bank. Namun syaratnya sangat ketat. Mereka berdua harus bisa melunasi Rp 40 juta dalam waktu hanya satu tahun. Jika tidak dapat melunasi, pendaftaran hajinya harus diulang dari belakang.

'' Saya kemudian bekerja keras dan menabung dari pekerjaan berjualan susu dan STMJ. Sementara istri berjualan nasi bungkus. Saya tidak terpatok setiap bulan mengangsur berapa. Jika ada uang, pokoknya saya serahkan ke bank,'' katanya.

Diberi Kemudahan

Allah kemudian ternyata memberikan kemudahan pada Munawir dan istrinya. Meski harus melunasi Rp 40 juta dalam satu tahun, ternyata akhirnya mereka bisa melakukannya. Ya, hanya dalam rentang 12 bulan, Munawir dan istri bisa melakukan pelunasan ke bank. Padahal saat itu dirinya juga harus menyekolahkan dua orang anaknya di SMA dan SMP. Selain itu juga harus mengangsur sepeda motor yang dibeli untuk kepentingan sekolah anaknya.

'' Alhamdulillah diberikan kemudahan oleh Allah. Setelah mendaftar haji, penjualan susu dan STMJ saya meningkat. Dari yang maksimal 10 liter dan kadang tidak habis. Tapi setelah mendaftar, bisa mencapai 15-17 liter per malam. Pelanggannya kebanyakan para nelayan. Anehnya di situ, seperti ada keajaiban.,'' katanya.

Dirinya kemudian menabung lagi untuk membayar biaya pelunasan yang harus dilakukan. Dan, Allah juga memberi kemudahan sehingga dia bersama istrinya tahun ini bisa pergi ke Tanah Suci. Setelah dipastikan berangkat tahun ini, Munawir menjual sepeda motornya sebesar Rp 5 juta. Uang itu untuk bekal anak-anaknya di rumah selama ditinggal berhaji dan juga biaya selamatan di rumahnya.

'' Saya tidak menyangka akan mampu menunaikan ibadah haji. Sebab dalam satu tahun harus melunasi Rp 40 juta. Setelah berjualan, saya sholat malam dan sholat hajat agar niat ini dikabulkan Allah. Istri juga membantu dengan doa, ibadah dan berjualan nasi bungkus. Saya sangat yakin, jika Allah yang memanggil, maka Allah yang akan memudahkan,''.

Plt Kepala Kantor Kemenag Batang H Sugi Edi mengatakan, kisah Munawir bisa menjadi inspirasi. Meskipun berjualan susu keliling serta STMJ, namun Munawir dan istri ternyata bisa pergi menunaikan ibadah haji.

'' Itu semua berawal dari niat dan tekad yang kuat diikuti dengan upaya yang sungguh-sungguh. Allah kemudian memudahkan jalan mereka untuk berhaji,'' ujarnya. (trisno suhito) 

Tulisan dibuat 2 Agustus 2017









































Comments

Popular posts from this blog

Mengintip Kehidupan Lokalisasi di Batang (2)

Makam Syeikh Maulana Maghribi Wonobodro, Batang

Mengintip Kehidupan Lokalisasi di Batang (3)