Selalu Pentaskan Teater dengan Naskah Sendiri

BATANG- Teater dan seni peran seperti tidak pernah lepas dalam kehidupan Ahmad Zaenuri (46). Ketua Teater Angin yang juga Sekretaris Dewan Kesenian Daerah (DKD) Batang ini, telah puluhan kali menjadi sutradara berbagai pementasan teater. Tidak hanya di Batang, tapi juga di daerah-daerah lain, seperti di Semarang, Jepara, Kendal, Solo dan kota-kota lainnya.

Terakhir, dirinya menjadi sutradara dalam pementasan unik di SMA 1 Wonotunggal, Batang, dimana para seluruh pemainnya adalah para guru yang mencapai 13 orang.

'' Saya menjadi sutradara teater sudah sejak Tahun 1993. Sampai Tahun 2016 ini, sudah menjadi sutradara dalam 40 pementasan. Saya sebenarnya tidak pernah berpikir akan sejauh ini. Dari rasa cinta pada teater, menjadi pemain, sampai menjadi sutradara. Semuanya mengalir saja dengan memainkan berbagai pementasan,'' katanya

Ahmad Zaenuri adalah sutradara teater yang memiliki perbedaan dengan sutradara lainnya. Setiap kali memimpin pementasan, Zaenuri yang kini juga menjabat sebagai Sekretaris PC NU Batang selalu menggunakan naskah yang dibuatnya sendiri. Belum pernah sama sekali menggunakan naskah dari karya orang lain. Ini merupakan bentuk idealisme sekaligus tantangan kreatifitas berkarya yang dirinya miliki.  Beberapa naskah yang sudah ditulis seperti Menggulung Kabut, Bensin, Begal Sintren, Biduk di Atas Awan, Tikusisme, Penantian di Lubang Duka, Wegah, dan masih banyak lainnya.

'' Saya memang selalu menggunakan naskah sendiri. Sebab jika memakai naskah orang lain, bagi saya itu tidak kreatif. Ada kepuasan tersendiri sebab karya kita bisa dinikmati orang lain, termasuk juga ketika mendapat kritik sebagai wujud apresiasi,'' ujar Zaenuri yang aktif di pengurus Forum Komunikasi Seni dan Tradisional (FK Mitra) Batang.

Naskah-naskah teater Ahmad Zaenuri  juga pernah dimainkan di berbagai pementasan sutradara lain. Seperti dalam pementasan di kampus, misalnya di STAIN Pekalongan dan Unnes Semarang. Sejak dari pelajar, Zaenuri yang kini menjadi guru di SMA 1 Wonotunggal, Batang ini, memang tertarik dengan dunia teater. Suami dari Khamdanah (46), merasa ada tantangan ketika bermain peran dalam panggung pementasan. Gairahnya semakin bertambah ketika dirinya masuk dalam dunia teater dengan menjadi sutradara.

'' Teater yang saya sutradarai mayoritas bertema tentang kritik sosial. Tema-tema seperti tentang korupsi, kenakalan remaja dan yang terkait dengan persoalan sosial lainnya selalu menjadi kegundahan. Dan itu saya wujudkan dalam bentuk naskah serta pementasan teater. Dalam setiap pementasan, saya juga ingin selalu menyampaikan pentingnya daya kritis, memanusiakan manusia serta  membangun keadaban sosial,'' tegasnya. 

Teater Angin yang dipimpin Ahmad Zaenuri sekarang ini menjadi satu-satunya kelompok teater yang masih eksis di Kabupaten Batang untuk melakukan pementasan. Zaenuri mengaku prihatin dengan lesunya dunia teater di Batang. Itu diindikasikan dengan minimnya jumlah pementasan yang ada. Bapak dari Muhammad Feno Agustian ini berharap, dunia teater Batang bisa bergairah. Dan itu memerlukan atmosfer sebagai pendukung munculnya kreatifitas para seniman teater.

'' Saya berharap, teater di Batang bisa terus hidup dan ikut mewarnai perkembangan teater di Indonesia. Saya akan berjuang sekuat tenaga untuk mendukung agar teater di Batang tetap eksis. Semua elemen kami harapkan bisa mendukung tumbuhnya atmosfer berteater di Batang,'' katanya.

Comments

Popular posts from this blog

Mengintip Kehidupan Lokalisasi di Batang (2)

Makam Syeikh Maulana Maghribi Wonobodro, Batang

Mengintip Kehidupan Lokalisasi di Batang (3)