Energi Positif dan Syukur


Pagi hari ini, Sabtu (8/12), hujan mengguyur Kota Pekalongan. Hawa dingin menyeruak di luar sana dari cucuran air yang tercurah dari langit. Antara hawa dingin itu, setelah bangun cukup pagi, aku berharap bisa mengeluarkan energi-energi positif. Ya energi positif. Kadang kita bangun pagi, yang dikeluarkan adalah energi negatif.

Energi positif itu apa? Energi itu berupa rasa bersyukur atas segala karunia dan nikmat dari Tuhan. Kadang kita tidak menyadari, permintaan atau keinginan-keinginan kita lebih besar daripada rasa syukur.  Kita lupa untuk tidak berterima kasih pada apa saja yang sudah Tuhan berikan. Beragam nikmat sudah dikaruniakan Tuhan, tapi kita lupa untuk mengucapkan terima kasih atau rasa syukur. Energi kita justru diarahkan atau dibiasakan selalu berbicara kekurangan atau apa saja yang belum dimiliki atau apa saja yang masih kita ingin dapatkan.

Padahal dalam agama sudah ditegaskan, jika kita bersyukur maka Tuhan akan akan menambah nikmat pada mahluk-Nya. Sementara rasa syukur ini kadang tidak kita biasakan. Kita memang perlu melatih atau membiasakan untuk menyampaikan rasa syukur. Bukan apa-apa, agar hati kita tidak merasa terus kurang atau merasa harus selalu mengejar apa yang kita inginkan. Bisa jadi itu adalah nafsu. Nafsu membuat kita merasakan kehampaan, dan selalu merasa kurang. Sementara syukur membuat kita merasakan kedamaian, kelapangan, cukup dengan apa yang sudah diberikan Tuhan.

Nafsu membuat kita mendapatkan apa saja yang ingin diraih. Sementara syukur membuat kita merasakan kegembiraan, kebahagiaan, kecukupan dengan apa saja yang sudah dikaruniakan Tuhan. Dengan syukur, maka kita tidak lagi mencari kenikmatan dan kebahagiaan. Sebab kenikmatan dan kebahagiaan tersebut sudah ada pada kita, dirasakan kita sehari-hari, dan real time. Selalu, setiap saat selama nafas kita masih berhembus. Bisa menghirup udara dan bernafas adalah contoh kenikmatan luar biasa yang kita rasakan dan kadang lupa kita syukuri.

Belum lagi nikmat-nikmat lain seperti panjang umur, kesehatan, diberikan kelapangan rezeki, kedamaian masyarakat dan bangsa, iman dan Islam, dan nikmat karunia istri dan anak-anak. Ada juga kebahagiaan keluarga, memiliki rumah, memiliki mobil, memiliki pekerjaan, pendidikan, keselamatan dan perlindungan dari Tuhan, memiliki usaha dan kenikmatan lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Itu adalah berbagai nikmat yang sudah diberikan. Manusia merasa kurang karena nafsunya diaktifkan terus, sementara rasa syukurnya kurang atau tidak diaktifkan. Yang diaktifkan hanya satu sinyal, sementara sinyal lain tidak. Selain itu hanya melihat orang-orang yang lebih dari dirinya dari sisi materi atau kekayaan. Melihat orang punya mobil, rumah bagus, penghasilan besar, kekuasaan besar dan lainnya. Bukan melihat orang-orang yang di bawahnya. Akibatnya yang dirasakan adalah rasa kurang. Bukan lebih, dan syukur.

Sikap berbagi dengan orang lain atau untuk hal-hal yang positif juga penting. Itu sebagai bagian dari mengeluarkan energi negatif dan memasukan energi positif. Sebab energi positif akan bertambah berlipat saat kita mau berbagi. Membuat orang lain merasa senang atau gembira akan sangat bagus karena itu sama saja membuat Tuhan senang dan gembira. Ketika kita membahagiakan orang lain, Tuhan juga akan ikut senang dan semakin mencurahkan nikmat pada mahluk-Nya. (trisno suhito)

Sumber foto: www.islamdiaries.net




  





Comments

Popular posts from this blog

Mengintip Kehidupan Lokalisasi di Batang (2)

Makam Syeikh Maulana Maghribi Wonobodro, Batang

Mengintip Kehidupan Lokalisasi di Batang (3)