Politik Terlalu Mendominasi Percakapan Publik


Ruang publik kita terlalu banyak diisi dengan isu politik. Percakapan soal politik begitu mendominasi dan membuat public sphere kita terasa membosankan, menjemukan sekaligus kadang-kadang memuakan. Ini karena percakapan soal isu politik begitu kuat, melebihi yang lain. Tidak salah memang, tapi jika terlalu over dosis juga tidak bagus. Ini karena akhirnya politik didekati sekedar dari aspek dukung mendukung, kalah menang, politik identitas, saling membenci, saling menghujat, bahkan mempertontokan ketidakadilan melalui serangan hukum untuk menghantam lawan politiknya.

Politik tidak lagi dipercakapkan sebagai prinsip membawa pada bonum commune (kesejahteraan bersama). Bukan lagi program-program apa yang dilakukan untuk mendorong kemajuan peradaban dan keadaban. Padahal politik merupakan ruang bersama yang harus dikelola untuk mendorong itu semua. Bukan menjadi ruang yang justru tempat saling mempertentangkan, bermusuhan, apalagi saling menisbikan. Jika ini terjadi, maka politik dikhianiati oleh aktor-aktor di dalamnya, atau karena ketidaktahuan orang menempatkan politik dalam ruang yang sesungguhnya.

Menjelang Pilpres 2019, wacana soal politik memang begitu menguat dan mendominasi. Tidak hanya dalam obrolan warung kopi antar tetangga dan warga, tapi juga di media massa serta media sosial. Ini tentu membahagiakan karena kesadaran orang akan politik semakin bagus. Namun menjadi bermasalah kalau politik
hanya didekati dari sisi kulit; sebatas dukung mendukung, saling bertentangan dan miskin dari obroloan akan kekuatan visi serta program. Ini yang kita khawatirkan. Politik tidak membawa warga untuk berpikir membangun kecerdasan, tapi hanya untuk saling bermusuhan.

Sementara di dimensi yang lain; ekonomi, sosial, budaya, pariwisata, pertahanan, ekonomi, lingkungan, digitalisasi dan ilmu pengetahuan, seperti menempati wacana minoritas. Kita memang harus menyambut politik dengan kegembiraan, namun jangan sampai energi kita terkuras hanya untuk memperbincangkan politik. Ada berbagai isu strategis lain yang juga perlu mendapat perhatian secara serius. Dan itu bagaimana seluruh komponen berbicara pada aras program untuk terlibat dalam penanganan permasalahan dalam berbagai isu tersebut. Saya khawatir kalau politik menjadi ''raja'' dalam percakapan publik, maka kita akan terbiasa menjadi bangsa yang sibuk dengan soal-soal politik saja. Sementara isu lain terabaikan. Padahal di negara-negara lain saat ini sedang terus mengembangkan kemajuan yang itu basisnya bukanlah politik, tapi program.

Kita jangan sampai tertinggal dari negara lain hanya karena sibuk dengan domain politik. Sementara lupa ada pekerjaan di sektor lain yang harus kita kerjakan. Di sini peran pemimpin atau leader menjadi sangat penting. Pemimpin harus punya kemampuan mengarahkan sekaligus menjadi dirigen agar tahu apa saja yang perlu dilakukan untuk mendorong kemajuan. Yang kita khawatirkan adalah pemimpin tidak tahu permasalahan yang dihadapi, dan tidak tahu apa yang harus dikerjakan. Ini sesuatu yang membahayakan. Di tengah arus dominan perbincangan soal politik, kemampuan pemimpin untuk membagi isu strategis lain mengisi ruang publik juga sangat penting. Bukan sekedar larut dalam isu politik, tapi juga bagaimana mendorong peradaban kita terus naik kelas, sehingga tidak hanya stagnan dan diam di tempat. Tapi juga mengalami lompatan kemajuan dan tumbuhnya kesejahteraan masyarakat. (trisno suhito)











Comments

Popular posts from this blog

Mengintip Kehidupan Lokalisasi di Batang (2)

Makam Syeikh Maulana Maghribi Wonobodro, Batang

Mengintip Kehidupan Lokalisasi di Batang (3)