Sulit Dijinakan


Suhu politik tiba-tiba menghangat. Itu tidak lepas dari kepulangan Habib Rizieq Shihab dari Arab Saudi. Peta politik dan analisis juga tiba-tiba berubah. Jika kemarin suasana sosial politik kita dihebohkan dengan kritik elemen-elemen anti pemerintah Jokowi berbasis kumpulan seperti Kesatuan Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) dan pribadi-pribadi seperti Rizal Ramli, Said Didu, Faisal Bahri dengan isu soal Omnibulaw, ancaman kebebasan berpendapat, dan lainnya, kini isu berubah setelah kedatangan Habib Rizieq.

Setelah tiga tahun berada di Arab Saudi untuk menghindari kasus hukum- versi pendukung Habib Rizieq dipaksakan, versi pemerintah harus menjalani sebagai warga negara yang baik-, Habib Rizieq pulang. Kepulangannya ternyata membikin heboh. Tidak hanya dalam membuat panas situasai politik tapi sampai di media sosial. Tidak dinyana, kepulangannya disambut ribuan orang yang menjemput di Bandara Soekarno-Hatta dengan gegap gempita. Tidak ada yang bisa menghalangi para penyambut Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) ini. 

Bandara menjadi dikepung lautan manusia berbaju putih. Aktivitas bandara tentu menjadi berbeda dibanding hari-hari sebelumnya. Demikian juga jalan menuju atau keluar dari bandara menjadi diisi oleh orang-orang yang ingin menyambut kedatangan Habib Rizieq. Besarnya antusiasme penyambut Habib Rizieq bisa saja membuat dua pihak terkejut. 

Bagi pemerintah, mereka tidak menyangka, ternyata Habib Rizieq tetap memiliki banyak pengikut yang sangat militan. Itu dibuktikan dengan ribuan orang yang datang menyambut. Mengasingkan diri di Arab Saudi ternyata tidak membuat pendukung Habib Rizieq berkurang dan menyusut. Justru bertambah dan membesar. Bisa jadi pemerintah tidak memperkirakan akan sebanyak itu massa yang akan menjemput. Meskipun buzzer dan pendukung pemerintah menyerang Habib Rizieq terkait kepulangannya, termasuk lewat kanal-kanal medsos, tapi ternyata tidak menyurutkan  semangat massa pendukungnya yang ingin menjemput. Bahkan ketika Menkopolhukam mengatakan akan menyikat penjemput yang bikin rusuh atau kerusakan, ternyata itu tidak sama sekali dilakukan. Mau menyikat bagaimana dengan jumlah massa yang sedemikian besar? Pemerintah tampak mengalah dalam hal ini. Membiarkan pendukung Habib Rizieq ''menguasai'' bandara dalam proses penjemputannya. 

Bagi, Habib Rizieq sendiri, bisa jadi dirinya juga tidak akan menduga pendukungnya yang akan menjemput sebesar itu. Jumlah yang bagi Habib Rizieq sendiri bisa jadi tidak akan memprediksi akan sebesar itu. Dalam konteks psikologi, dukungan yang sangat besar, apalagi disertai dengan antusiasme dan semangat militansi, akan memberikan rasa confidence yang begitu tinggi bagi Habib Rizieq yang dijemput. Rasa percaya diri ini akan semakin membesar jika ternyata dukungan mereka tidak pernah surut, bahkan semakin membesar. 

Bagi pendukung Habib Rizieq, selain merupakan dzuriyat Rasulullah, Habib Rizieq adalah profil tokoh yang bisa mewakili mereka untuk melawan pemerintah Jokowi yang selama ini memberikan keleluasaan dan keberpihakan secara diametral soal isu-isu sensitif seperti PKI, Pancasila sebagai dasar negara, kebijakan yang Islamphobia, hutang, sekeliling Jokowi yang non muslim terlalu dominan, dan lainnya. 

Alarm Serius 

Kehadiran massa dalam jumlah besar dalam penjemputan Habib Rizieq adalah alarm serius bagi pemerintah Jokowi. Belum lagi itu diikuti dengan kegiatan pernikahan putri Habib Rizieq dan kegiatan pengajian Maulid Nabi Muhammad Sallalahu wa'alaihi wassalam yang ternyata juga diikuti banyak orang. Lagi-lagi pemerintah seperti tidak berdaya menghentikan kegiatan yang melibatkan orang dalam jumlah besar itu di tengah pandemi Covid-19. Jagad medsos juga kembali berdengung melibatkan kubu pro dan kontra Habib Rizieq. 

Di luar itu, ketika pelaksanaan kegiatan berhasil digelar, maka rasa confidence Habib Rizieq dan pendukungnya akan semakin berlipat. Mereka merasa semakin percaya diri dengan situasi yang ada. Ini soal psikologi. Maka tidak heran, ketika Panglima TNI dan Kapolri bersama jajarannya masing-masing menggelar konferensi pers soal pengumpulan massa di tengah pandemi dan soal ancaman persatuan, itu bisa dimaknai sebagai perang psikologi. Bagi pihak yang tidak terbiasa berhadapan dengan pemerintah, konferensi pers Panglima TNI dan Kapolri mungkin menakutkan. 

Apalagi dua petinggi pertahanan dan keamanan langsung tampil di depan. Sinyal pemerintah Jokowi ingin mengingatkan dulu lewat anak buahnya. Perang urat syaraf dimulai dan pemerintah Jokowi menggunakan instrumen institusi pertahanan serta keamanan. Diharapkan ketika mereka tampil, Habib Rizieq dan pendukungnya akan ciut nyalinya dan berpikir ulang dalam melakukan gerakan mereka. Tapi apa mereka ciut nyali? 

Tampaknya tidak. Bagi mereka yang sudah terbiasa melawan dan tidak senang dengan gaya kepemimpinan Jokowi, Habib Rizieq adalah tokoh pemersatu dan simbol perlawanan. Ketika Habib Rizieq di Arab Saudi, perlawanan mereka tidak akan sekuat sekarang. Tapi begitu Habib Rizieq pulang, mereka menemukan figur yang tepat untuk menyuarakan perlawanan itu pada pemerintah Jokowi. Habib Rizieq adalah contoh karakter tokoh dengan nyali yang besar. Tidak takut dengan pemerintah. Tidak hanya saat pemerintah Jokowi, tapi juga di pemerintah sebelumnya. 

Jadi, kalau berharap, Habib Rizieq akan ciut nyalinya dan apalagi menyerah, tampaknya itu tidak akan terjadi. Kehadiran Habib Rizieq membawa rasa percaya diri bagi mereka yang mendukung pendiri FPI itu sekaligus yang merasa tidak cocok dengan pemerintah Jokowi. 

Suara mereka akan merasa diwakili oleh keberanian Habib Rizieq. Lagi-lagi ini soal psikologi. Dan ternyata dari dua event; penjemputan di bandara serta pelaksanaan pengajian- pemerintah seperti tidak bisa melakukan penghentian secara serius. Dari dua event ini, semuanya dimenangkan kubu Habib Rizieq dan pendukungnya. Suka atau tidak suka. Pemerintah mungkin ingin menghindarkan bentrokan dan benturan fisik, tapi dalam konteks 'permainan catur', sepertinya pemerintah cuma mengikuti alur apa yang sedang terjadi. Tidak tampak strategi  pemerintah sama sekali disini yang dibaca publik. Zero. 

Perlawanan Menguat 

Kehadiran Habib Rizieq akan berdampak ke depan dengan terus menguatnya perlawanan dari kubu mereka ke pemerintah Jokowi. Bagi Jokowi, mudah menaklukan KAMI dengan menangkap Syahganda Nainggolan, Jumhur Hidayat atau menangkap mahasiswa yang melakukan protes terhadap UU Omnibuslaw. Jokowi juga mudah menaklukan Prabowo Subianto, kompetitornya di Pilpres dan kubu Gerindra dengan memberikan jabatan Menteri Pertahanan dan jabatan menteri lainnya. Jokowi juga mudah menaklukan parpol-parpol yang dirasa tidak mendukung seperti Golkar dulu ketika melawan atau PPP dengan cara-cara teknik kekuasaan dan intervensi di dalam tubuh partai mereka. 

Dalam konteks Habib Rizieq, Jokowi akan menemukan 'musuh' yang benar-benar akan sulit ditaklukan. Habib Rizieq akan menjadi oposisi pemerintah Jokowi secara serius. Habib Rizieq, suka tidak suka, memiliki pendukung militan. Akan ada kekuatan riil yang siap head to head dengan pemerintah Jokowi. Jauh lebih sulit menaklukan Habib Rizieq dan pendukungnya. Kali ini, perlawanan akan benar-benar dilakukan. Jika main tangkap, diprediksi akan ada perlawanan massa secara riil. Mereka akan membuat barikade untuk melindungi imam besar mereka. Habib Rizieq bukan seperti tokoh-tokoh KAMI yang tidak dilindungi pendukungnya ketika ditangkap.  Mereka bukan parpol yang mudah dikendalikan dan ditaklukan dengan iming-iming jabatan atau uang. 

Saat ini, jika pemerintah akan menangkap Habib Rizieq dengan dalih kasus hukum yang ada, maka diperkirakan akan ada benturan fisik. Mereka tidak mau lagi pemerintah -dalam kacamata mereka- mendzalimi Habib Rizieq dengan isu persoalan hukum yang dicari-cari. Mereka juga tidak ingin pemimpin mereka harus mengasingkan diri lagi ke luar negeri karena berhadapan dengan persoalan hukum. 

Dalam waktu dekat, Habib Rizieq katanya juga akan melakukan roadshow ke berbagai daerah. Termasuk juga nanti akan ada kegiatan besar reuni alumni 212 sebagai simbol perlawanan terhadap pemerintah Jokowi dan Ahok saat pertarungan kontestasi Pigub DKI Jakarta beberapa waktu lalu. Itu semuanya adalah konsolidasi psikologi. Semakin kegiatan-kegiatan ini mendapat dukungan masyarakat, maka rasa percaya diri mereka akan semakin kuat. Dan perlawanan terhadap pemerintah Jokowi juga akan menguat. 

Patut ditunggu strategi apa yang akan dilakukan pemerintah Jokowi merespons kehadiran Habib Rizieq. Penaklukan dengan iming-iming kekuasaan dan jabatan akan sulit dilakukan. Mereka tidak meminta itu. Penaklukan dengan kasus hukum akan mendapat perlawanan. Mereka sudah belajar dari kasus sebelumnya. Begitu pemerintah mengungkit kembali soal kasus hukum, saya yakin akan ada perlawanan yang semakin mengeras. Tidak akan bisa pemerintah menghentikan Habib Rizieq dan pendukungnya saat ini dengan cara-cara seperti itu. 





 


Comments

Popular posts from this blog

Mengintip Kehidupan Lokalisasi di Batang (2)

Makam Syeikh Maulana Maghribi Wonobodro, Batang

Mengintip Kehidupan Lokalisasi di Batang (3)