Mimpi

Kehidupan itu sebenarnya adalah tentang mimpi. Ya, tentang mimpi; keinginan menjadi apa dan seperti apa. Mimpi yang dimaksud bukan soal tentang kondisi di tengah tidur. Tapi tentang cita-cita, apa yang ingin diraih, ingin dicapai dalam hidup. Dream.

Sedari kecil kita sudah diajak bermimpi oleh orang tua, guru atau siapapun mereka yang lebih tua usianya. Ketika beranjak deasa juga demikian. Selanjutnya juga demikian ketika semakin dewasa. Kita terus diajak bermimpi. Kamu kalau besar mau jadi apa? Kita seolah diajak untuk menjadi sesuatu yang asing bagi kita ketika di masa kecil, bahkan ketika usia kita beranjak dewasa. Ketika kita sudah berkeluarga, barulah kita akan benar-benar independen. Mimpi kita itu berbeda dengan mimpi orang tua, atau orang lain.

Mimpi masing-masing orang itu akan berbeda. Dalam ranah sosial misalnya, mimpi anak keturunan Tionghoa akan berbeda dengan mimpi anak keturunan Jawa atau Madura. Mimpi orang berlatar belakang kehidupan pantai berbeda dengan mimpi orang berlatar belakang kehidupan pedalaman atau yang lekat dengan pertanian.

Mimpi antara orang Aceh berbeda dengan mimpi orang Papua. Mimpi orang Islam berbeda dengan mimpi orang Kristen.
Sedari kecil, mungkin kalau mimpi anak keturunan Tionghoa dimasukan software untuk selalu mendapatkan uang dalam jumlah besar. Memiliki perusahaan yang besar dan banyak, dengan karyawan yang sampai ratusan bahkan ribuan atau jutaan orang. Bahagia mereka ada di sana.

Tapi mimpi bagi orang Jawa di desa adalah cukup hidup nyaman dengan tinggal di desa mereka sembari mengerjakan apa yang ada di tanah kelahiran mereka. Orang Jawa seperti ini mimpinya tidak muluk-muluk. Hidup hanya mampir ngombe. Makan, minum dan mencari harta secukupnya saja, tidak perlu berlebihan. Apalagi sampai triliunan rupiah. Itu sudah cukup membuat mereka merasa bahagia.

Mimpi seorang dokter adalah anaknya bisa bersekolah di kedokteran dan bisa melanjutkan profesi sang ayah menolong orang dengan menjadi dokter. Mimpi seorang kyai adalah anaknya bersekolah atau menempuh pendidikan di banyak pesantren agar bisa banyak menyerap ilmu agama sehingga bisa melanjutkan kiprah sang ayah di dunia pesantren agar terus terjaga oleh keturunannya.

Mimpi antara pemerintah dan masyarakat juga bisa berbeda. Mimpi pemerintah membuka izin penebangan hutan dimaksudkan untuk membuka investasi serta lapangan kerja sebanyak-banyaknya. Mimpi kelembagaan itu bisa jadi bersamaan dengan mimpi aparat pemerintah yang bisa mendapatkan fee atau uang kongkalikong perizinan dengan tidak usah bersusah payah kerja. Cukup menunggu mereka yang disebut investor datang untuk kemudian meminta jatah uang mengurusi perizinan. Tapi tidak semua aparat seperti itu ya.

Mimpi pemerintah dan aparat yang mengurusi perizinan bisa jadi berbeda dengan mimpi masyarakat yang ingin hutannya terus lestari dan terjaga. Mereka ingin hutan terlindungi sepanjang masa dan tidak mau ada perizinan untuk dilegalkannya proses penebangan pohon demi kepentingan industri atau kepentingan ekonomi yang ujungnya adalah soal uang. Sementara kepentingan mereka adalah lingkungan dan terjaganya ekosistem alam agar tetap dengan pola yang seperti dulu.

Ini demi menghindari kerusakan hutan yang bisa berdampak bagi kehidupan masyarakat luas seperti banjir bandang, tempat tinggal dan berlindung hewan yang semakin sempit dan mengecil serta dampak-dampak ikutan lainnya yang tidak terprediksi dari hanya sekedar kepentingan ekonomi yang ujungnya adalah uang dan lapangan pekerjaan.

Mimpi antara setiap orang dan antara pemerintah dengan masyarakat bisa berbeda. Itu tidak bisa kita salahkan. Karena masing-masing o


rang punya otak dan kepala yang dengan pikirannya akan memikirkan sesuatu secara berbeda.

Tidak bisa dipaksakan

Mimpi antara satu orang dan orang lain juga tidak bisa dipaksakan. Ada orang tua yang ingin anaknya pingin jadi ini, itu dan begini. Tapi ternyata sang anak menolak hal tersebut karena tidak sesuai hati nuraninya atau talenta yang dimiliki. Mimpi juga tidak bisa sama antara satu orang dan lainnya. Bagi orang keturunan Tionghoa sedari kecil mungkin sudah berkobar-kobar semangat mencari uang demi sesuatu yang kemudian disebut atas nama kekayaan. Mereka akan berusaha meraih hal tersebut sebisa mungkin guna merealisasikannya. Namun bagi orang non Tionghoa, mereka tidak fokus kesana. Ada juga orang yang mimpinya ''sederhana'', tidak mengejar dunia, tapi mengejar akhirat.

Bagi mereka kehidupan dunia bisa menipu karena dunia adalah sementara yang abadi adalah akhirat. mereka tidak mau dipermainkan dunia demi mengejar keabadian yaitu akhirat. Akhirat adalah mimpi yang harus dikejar dan diraih, bukan sekedar kekayaan di dunia. Kalaupun mereka diberikan kemudahan harta atau kekayaan, akan didistribusikan kekayaan tersebut demi kehidupan abadi akhirat. Padanan katanya adalah amal. Ya mereka menjadikan uang atau apa yang dimiliki untuk amal bagi kehidupan bahagia di akhirat yang sangat abadi.

Ini menyangkut keyakinan, tidak bisa diperdebatkan dan tidak perlu diperselisihkan. Ini terkait dengan sesuatu di hati masing-masing orang, tidak dapat kita bahas detail karena bisa menimbulkan kesalahan persepsi. Intinya setiap orang perlu mimpi.

Dengan mimpi, manusia akan memiliki semangat dalam hidup. Mengalirnya mimpi bisa menjadikan hati tergerak dan menghadirkan ketenangan karena ada sesuatu yang ingin dicapai, ingin diraih dalam kehidupan nyata. Apa yang disebut dream ini bisa menjadikan hati bergelombang dalam lautan kenikmatan, ketenangan, keringanan, antusiasme, dan semangat yang menggebu-gebu. Maka jangan sia-siakan hidup. Milikilah mimpi yang besar. (Trisno Suhito)













Comments

Popular posts from this blog

Mengintip Kehidupan Lokalisasi di Batang (2)

Makam Syeikh Maulana Maghribi Wonobodro, Batang

Mengintip Kehidupan Lokalisasi di Batang (3)