Beres



Pencarian akan makna hidup di dalam diri manusia akan selalu dilakukan. Menemukan diri yang sejati akan terus diekspresikan dari jiwa yang ingin mengenal diri, pencipta dan esensi kehidupan. 

Satu kata ini adalah salah satu mutiara kehidupan yang mungkin bisa menjadi bahan pembelajaran. Sebagai bahan instropeksi sekaligus bahan pembelajaran. Cukup dari satu kata saja. Apa itu? Beres 

Yesssss, beres. Kata ini saya  dapatkan dari Habib Umar Munthohar dalam sebuah sesi tanya jawab spiritual dan intelektual. Beres seolah mewakili bahasa sederhana dari kata sholeh. 

Kita seringkali melihat dan merasa kata-kata sholeh itu sedikit ribet, dengan penjelasan yang panjang dan berliku. Tapi cukup dengan diwakili kata beres saja, maka makna persamaan kata sholeh bisa kita dapatkan. Ya, sholeh bisa kita persingkat dan menyamakan dengan beres. Kok bisa? Beres dalam arti yang mana? Kata yang seperti apa? 

SHOLEH bisa kita maknai dengan mudah dengan kata BERES. Dalam salah satu bagian tafsir, orang yang sholeh adalah orang yang hubungannya dengan Allah, manusia lain, diri sendiri dan makhluk Nya itu beres. Beres itu akan berdampak membawa pada ketenangan hati, jiwa dan kehidupan. 

Hamba yang sholeh itu adalah hamba yang beres semua urusannya dengan Allah. Atau minimal mengusahakan dan melakukan ikhtiar agar beres dikerjakan, rampung, selesai, tidak ada masalah. Hamba yang sholeh misalnya adalah hamba yang beres dalam aspek ibadah. Seperti beres sholatnya, beres dzikirnya, beres zakatnya, beres puasanya, beres baca Al Qur'anya atau beres amalan wajib dan sunahnya.   Simple sekali cara memaknainya khan. 

Ketika kita semua beres dalam soal ibadah dengan Allah maka kita bisa disebut sholeh. Mari cek diri kita sendiri atau masing masing. Apakah ibadah ibadah yang diminta oleh Allah sudah dikerjakan semuanya dengan baik dan telah beres semua? Bisa jadi ketika kita merasakan ketidaktenangan, ada ibadah yang belum beres kita kerjakan. Jiwa merasa bergolak, tidak bersyukur, tidak merasa cukup atau qanaah, rakus, riya, sombong, malas beribadah dan penyakit hati lainnya datang. 

Ibadah yang kita kerjakan adalah salah satu instrumen mendekatkan diri kepada Allah. Ketika manusia sudah merasa dekat dengan Allah yang memberi hidup dan menciptakannya, maka otomatis; hati, spiritual, kehidupan dan jiwanya akan merasa tenang. Semuanya akan merasa tercukupi ketika dekat dengan Allah. 

Cek sekali lagi, apakah kita semua sudah beres dalam melaksanakan ibadah pada Allah. Atau kalaupun sudah dikerjakan. Ataupun kalau sudah dikerjakan, apakah nilai kualitasnya sudah maksimal? Mengecek dalam diri sendiri sangat penting sebagai bagian dari instropeksi. Beres seperti ini adalah beres terkait hati. Ada juga beres terkait fisik atau yang terlihat. 

Misalnya, kita dituntut untuk melakukan kebersihan fisik diri. Seperti untuk kesehatan gigi, kita perlu beres dalam urusan komitmen membersihkan gigi. Demikian juga untuk kesehatan fisik, kita misalnya perlu olahraga atau asupan gizi yang baik.  

Beres yang kedua adalah soal hubungan dengan sesama makhluk. Apakah hubungan kita sudah beres dengan istri, suami, anak-anak, tetangga, pembantu, pekerja, atasan, teman, klien pekerjaan, atau semuanya. Sepanjang hubungan kita beres dengan mereka, dalam arti melakukan kebaikan seperti dalam tuntunan agama, maka hati kita juga akan tenterem, ayem, adem dan tenang. 

Seorang suami coba cek, apakah sudah benar-benar melaksanakan kewajibannya dengan baik kepada istrinya. Atau kepada anak-anaknya dengan melakukan berbagai kebaikan yang diminta dalam perintah spiritual atau agama. Seorang istri, apakah sudah melakukan kewajibannya sebagai seorang istri pada suami dan mendidik anak-anaknya dengan baik? Seorang anak, apakah sudah melaksanakan kewajibannya berbakti pada orang tua? 

Seorang karyawan apakah sudah melaksanakan kewajibannya dengan baik dalam pekerjaannya? Coba dicek, apakah itu  semua telah dilakukan dengan baik semuanya. Apakah sudah merasa beres? Jika sudah beres maka itu berarti sudah baik dikerjakan. 

Beres yang ketiga adalah hubungan dengan alam dan lainnya. Intinya sama, jika nilai-nilai kebaikan (value) sudah dikerjakan, maka semuanya akan membawa pada ketenangan hati. Pada makna hidup yang sesungguhnya. Itu berarti hidup sudah kita laksanakan dengan baik. Kalau ada tidakan tidak baik yang dikerjakan (dalam bahasa agama dosa), maka cek konfirmasi dalam diri, apakah itu akan membawa ketenangan, penemuan kesejatian diri serta makna hidup atau tidak? 

Jadi, sekarang cobalah cek diri kita masing-masing. Apakah hubunganmu dengan Allah, dengan orang tua, dengan suami, dengan istri, anak-anak, tetangga, teman, atau manusia lain serta dengan alam, apakah sudah benar-benar beres? Kalau kadang kamu merasa hati belum tenang dan merasa belum menemukan makna hidup yang sesungguhnya, barangkali memang hubungan kamu dengan mereka semua, ada yang belum beres 

Wallahu'alam 


   

   

Comments

Popular posts from this blog

Mengintip Kehidupan Lokalisasi di Batang (2)

Makam Syeikh Maulana Maghribi Wonobodro, Batang

Mengintip Kehidupan Lokalisasi di Batang (3)