Industri Masa Depan

Entah mengapa soal disruption benar-benar perhatianku saat ini. Satu kata ini seperti menjadi magnet dan menghipnotis. Aku beli buku-buku soal disruption. Terutama paket buku dari Rheinald Kasali yang membedah secara khusus soal disruption. Pakar manajemen tersebut membuat buku serial soal disruption. Semuanya menarik. Menggugah sekaligus menimbulkan pertanyaan; apakah ini masih awal dari disruption atau akan masuk ke era baru lagi.

Aku juga membeli buku tulisan Alec Ross. Judulnya ''The Industries of the Future'' atau Industri-Industri Masa Depan. Beradaptasi atau Musnah? Buku tersebut  memikat. Berisi analisis industri-industri apa saja yang berpotensi untuk hadir di masa depan. Tiba-tiba kita merasa kuno, ketinggalan dan berada jauh di belakang.

Sebab ke depan, industri yang akan berkembang semakin intensif pada sesuatu yang tidak kita kuasai. Bahkan tidak kita ketahui. Bayangkan, mengetahui saja tidak, apalagi menguasai. Industri itu di sekitar GRIN; genetik, robotik, intelegensia dan nuklir. Ada yang disebut kedatangan dunia robot, ada jantung buatan, obat-obatan ajaib, transplantasi organ yang memungkinkan orang untuk hidup lebih lama. Ada juga soal persenjataan kode sebagai industri masa depan, uang berkode, bitcoin dan blockchain, financial teknologi, kecerdasan buatan, dan jenis-jenis industri baru lain yang berbeda dengan masa lalu serta masa kini.

Aku juga membeli buku Gamechanger karya Peter Fisk. Dunia sekarang sedang berubah. Berbagai perusahaan
generasi baru bermunculan di tengah pusaran kemajuan teknologi di seluruh dunia. Dari Alibaba hingga Zidisha. Dari Ashmei hingga Zilok, Azuri, dan Zipcars. Ada juga Amazon, Fab, Positive Luxury, Etsy, Inditex di dunia retal masa depan. Di bidang perbankan ada Moven, Umpqua, Square, La Caix, Fidor dan lainnya. Di bidang kesehatan ada Epocrates, Genentech, Organova, Scanadu, Patinetslikeme.

Di bidang media ada Netflix, Coursera, Spotufy, Pledge, Pixar, Future, AlJazera dan lainnya. Di bidang manufaktur ada Tesla, Tata, Syngenta, Corning, SpaceX, Dyson dan lainnya.

Intinya, peta sudah dan akan terus berubah. Kekuatan-kekuatan yang membentuk dunia sekarang bukan sekedar globalisasi yang selalu ditanamkan kita saat sekolah. Tapi lebih dari itu berupa gelombang inovasi, otomatisasi, digitalisasi, dan model bisnis baru berupa platform, bukan sekedar perusahaan.

Kita menjadi bertanya-tanya saat ini. Soal sederhana saja. Bagaiamana masa depan koran cetak, masa depan televisi, masa depan, perbankan, mall, komputer di dalam rumah atau kantor. Sebab saat ini sudah ada koran digital yang akan menggantikan koran cetak. Televisi juga sudah tidak lagi menjadi perhatian utama penonton dan pemasang iklan karena ada perkembangan baru, dengan kehadiran HP dan internet, dimana trennya masyarakat mulai beralih untuk menonton Youtube daripada televisi.

Soal komputer juga demikian. Saudara saya yang berbisnis jual beli komputer dan laptop menyampaikan keluhannya. Bisnis komputer dan laptop agak lesu karena kehadiran handphone. Ya handphone telah membuat orang menjadi merasa lebih simple. Tidak perlu ribet karena handphone juga menyediakan banyak fasilitas yang ada di komputer atau laptop. Mall atau pusat-pusat perbelanjaan juga begitu sekarang dengan kehadiran toko online. Mereka mendapat kompetitor yang tidak bisa dianggap enteng berupa kehadiran toko digital. Dengan toko online orang bisa berbelanja cukup dengan klak klik lewat handphone, barang sudah sampai di rumah. Mereka tidak perlu keluar rumah, keluar kantor apalagi keluar daerah. Hanya dengan mengklik di handphone barang yang diinginkan sudah dikirim. Ini bukan sulap dan bukan sihir, bukan sim salambim, tapi ini karena teknologi yang memudahkan.

Perang Dagang

Gelombang teknologi telah membuat semuanya menjadi lebih mudah. Lebih murah dan sederhana. Dan ini bukan akhir dari gelombang tersebut karena teknologi akan terus berkembang. Bayangkan saja teknologi handphone dengan 4G saja sudah membuat kita merasa dimudahkan, sekarang sudah lahir 5G. Ini yang bikin heboh dan menimbulkan perseteruan dan berujung perang dagang antara Amerika Serikat serta China. Pasalnya teknologi 5G yang memiliki adalah perusahaan dari negeri Panda, Huawei. Amerika Serikat tidak ingin China berhasil mengembangkan teknologi tersebut. Sebab jika itu bisa dilakukan, maka China akan mengalami lompatan besar. Sementara Amerika Serikat bisa berada di bawah bayang-bayang mereka. Bahkan ada yang menyebut bisa menjadi kurcaci.

Perang dagang sesungguhnya dipicu soal ketidakrelaan penguasaan teknologi oleh negara lain selain Amerika Serikat. Apalagi Presiden Donald Trump slogannya sangat menggelegar saat kampanye, ''Make America Great Again''.
Jika gagal dalam 5G, maka rentetannya akan sangat banyak. Imbas yang harus diterima Amerika atau perusahaan-perusahaan negeri Paman Sam akan besar. Bukan great again, tapi make America more small. Itu yang ditakutkan oleh Presiden Trump yang terkenal sebagai ultra nasionalis. Ingin melindungi kepentingan negara dan perusahaannya dengan jargon America First.

Disruption karena kemajuan teknologi telah membuat kita bertanya-tanya seberapa besar kita membekali diri untuk menyambut kehadiran mereka. Apakah harus kita lawan dan kita tentang? Tidak mungkin sebab ini hukum alam. Teknologi akan terus berkembang. Jika kita melawan dan menentang maka justru akan tertinggal semakin jauh. Yang perlu kita siapkan adalah kita terus belajar pada hal-hal baru yang tidak pernah kita lakukan sebelumnya dalam bidang teknologi. Minimal kita aware dan punya interest soal itu. Sebab jika kita ingin menyamai mereka yang sudah punya kecepatan teknologi saat ini agak sulit. Kita bisa belajar dari sekarang, dari nol, dari dasar, soal-soal terbaru dalam teknologi.

Harus ada kesadaran untuk itu. Kita tidak bisa lagi melihat masa lalu dan masa kini saja. Tapi harus juga bisa melihat masa depan dengan keyakinan mereka yang menang adalah yang menguasai teknologi. Sederhana saja. Tapi kadang pikiran kita terlalu banyak dijejali soal-soal sampah. Terutama berita dan informasi politik yang menjemukan. Saat orang lain sedang bertarung tentang teknologi, kita masih membicarakan hasil pertarungan atau kontestasi Pemilu 2019. Dan yang diperdebatkan adalah soal penghitungan suara manual C1. Halooo. Pikiran dan tenaga kita terkuras untuk hal-hal seperti itu. Sungguh jauh sekali standar yang kita capai.

Jika kita ingin menang, maka kekuatan akan pengusaan teknologi harus dilakukan. Sederhana saja idenya, tapi dalam praktik tidak sesederhana yang kita ucapkan. Sebab mereka yang sudah mapan dalam bidang teknologi ingin tetap dominan. Sementara di kita politik seolah-olah jauh lebih penting dari semuanya. Daya tariknya masih menjadi lebih besar sehingga berita, gosip atau informasi politik lebih disukai daripada soal-soal teknologi.  (trisno suhito)





 




Comments

Popular posts from this blog

Mengintip Kehidupan Lokalisasi di Batang (2)

Makam Syeikh Maulana Maghribi Wonobodro, Batang

Mengintip Kehidupan Lokalisasi di Batang (3)