Waktu yang Produktif


Setiap manusia diberikan waktu yang sama. Tapi setiap manusia akan berbeda dalam memanfaatkan waktu. Ada yang menganggap waktu itu adalah sesuatu yang biasa saja. Datar dan tidak menganggap itu merupakan karunia dan peluang. Namun ada orang yang menganggap waktu adalah sesuatu yang sangat penting dan strategis sehingga akan selalu berupaya memanfaatkan waktu sebaik mungkin.

Dalam keseharian kita, bisa jadi kita menganggap waktu bukan yang penting. Itu misalnya kita membuang waktu dengan merasa tanpa bersalah sama sekali. Kita hambur-hamburkan waktu dengan percuma, dibuang begitu saja. Seolah kita tidak merasa bersalah dan berdosa ketika membuang waktu. Sementara ada orang atau bangsa yang sangat peduli dengan waktu. Mereka menjadikan waktu adalah sebuah kekuatan. Waktu harus benar-benar dimanfaatkan dengan sebaik mungkin. Tidak boleh ada waktu yang dibuang dengan cuma-cuma. Waktu tidak boleh mubadzir, apalagi tanpa merasa bersalah. Waktu digunakan untuk hal-hal yang produktif dan positif.

Mereka mendisplinkan diri untuk memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Mereka yang disiplin dengan waktu, maka biasanya akan menjadi pemenang. Kita bisa melihat misalnya, kesuksesan orang atau sebuah bangsa karena mereka benar-benar disiplin; memuliakan waktu. Karena itu, mereka dimuliakan juga oleh Tuhan dengan kejayaan. Coba mari kita cek, kita rontgen, waktu yang kita manfaatkan untuk apa saja.

Kita bagi dua saja, untuk hal positif dan negatif. Atau untuk hal bermanfaat dan tidak bermanfaat. Coba mari kita  hitung sendiri masing-masing. Kalau ternyata banyak yang positif, maka itu berarti sudah bagus. Itu artinya kita memuliakan waktu dan memanfaatkan waktu dengan baik. Tapi kalau sebaliknya, lebih dominan yang negatif, maka itu berarti kita menghambur-hamburkan waktu atau boros waktu untuk hal-hal yang tidak perlu. Perlu kita telisik lagi, merasa bersalahkan kita dengan itu? Atau menyesalkah kita dengan itu?

Jika kita mau jujur, hati nurani terdalam pasti akan bilang;  kenapa aku membuang waktu dengan percuma?
Saya menyesal telah membuang waktu begitu saja.

Gelombang Energi Positif

Dalam Islam juga sudah mengajarkan sangat jelas agar kita bisa memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Bahkan dalam Islam juga disebutkan ada waktu-waktu khusus untuk kita beribadah misalnya untuk shalat atau mendekatkan diri pada Allah. Bayangkan dalam satu hari, kita diminta untuk shalat lima kali. Kita diminta untuk meluangkan waktu kita memenuhi panggilan Allah melalui shalat dimana itu sebagai simbol agar kita tidak melepaskan diri dari perasaan sebagai seorang hamba kepada penciptanya. .

Allah telah menyediakan waktu khusus yang mulia untuk manusia berkomunikasi dengan Tuhan-nya. Tidak hanya melalui shalat lima waktu saja yang agung- yang perintahnya diceritakan begitu istimewa karena Nabi Muhammad secara khusus dipanggil Allah melalui peristiwa isra dan mi'raj-, tapi juga melalui ibadah-ibadah shalat sunnah yang bisa kita kerjakan. Ada kemuliaan di situ, dimana manusia bisa mengakses gelombang energi positif jika manusia bisa memanfaatkan waktu-waktu tersebut untuk tersambung atau terkoneksi langsung dengan Allah yang Maha Pencipta.

Belum lagi kalau kita memanfaatkan waktu juga untuk beribadah lainnya seperti membaca, menghafal dan mentadaburi Al Qur'an, mengaji, silaturahmi, mengunjungi orang tua dan saudara, dan berbagai amal-amalan lainnya. Itu semua akan memberikan energi positif yang luar biasa. Keberhasilan memanfaatkan waktu adalah kunci kesuksesan hidup. Tidak hanya di dunia saja, tapi juga di akhirat kelak. Dalam bahasa yang lebih simple, tujuan jangka pendek kita adalah do the best atau melakukan yang terbaik, jangkan menengah membangun peradaban dan jangka panjang adalah melakukan perjumpaan dengan Allah.

Mungkin Allah juga akan sangat senang jika hamba-Nya benar-benar bisa memanfaatkan waktu. Tidak membuangnya dengan percuma. Karena itu ada, satu surat khusus dalam Al Qur'an yang membahas soal keistimewaan waktu. Wal' asri, demi waktu. 

Karena itu, kalau bisa, hari ini harus lebih baik dari kemarin dan hari depan harus lebih baik dari hari ini.  Jam ini harus lebih baik dari jam sebelumnya, jam ke depan harus lebih baik dari jam ini. Detik ini harus lebih baik dari detik yang sebelumnya dan detik ke depan harus lebih baik dari saat ini.

Demikian juga saat kita dalam urusan duniawi seperti bekerja, jika kita bisa memanfaatkan waktu dengan baik, akan memberikan hasil atau output yang baik pula. Sekarang ini, di tengah era industri 4.0 dan ada yang juga menyebut dengan era disruption, maka bukan yang besar yang akan menang dari si kecil.

Tapi siapa yang bisa cepat melakukan perubahan atau memanfaatkan kesempatan dan peluang yang akan menang. Bagi yang lambat bergerak, akan ditinggal, kalah bahkan punah. Kuncinya siapa yang bisa cepat mengambil keputusan-keputusan dengan tepat, tidak menunggu dan menjauhi kelambanan, akan menjadi kunci pemenang peradaban.

Semua itu terhubung dengan dimensi berupa; waktu. Tidak boros membuang waktu dan lincah dalam bergerak. Sikap kita harus selalu positif dengan waktu. Teruslah produktif, teruslah positif dan selalu antusias untuk melakukan berbagai kebaikan.   (trisno suhito)

Comments

Popular posts from this blog

Mengintip Kehidupan Lokalisasi di Batang (2)

Makam Syeikh Maulana Maghribi Wonobodro, Batang

Mengintip Kehidupan Lokalisasi di Batang (3)