Major and Beef

Di era disrupsi sekarang ini, orang dituntut untuk terus bisa bertahan, eksis bahkan bertumbuh. Orang harus agile atau lincah dan juga trengginas. Orang tidak bisa lagi sekedar menyandarkan diri pada satu profesi saja. Dia juga harus realistis untuk mengusai bidang bidang lain yang selama ini belum ditekuninya. Ini karena apa?

Sebab era disrupsi telah ‘’menghancurkan’’ berbagai profesi atau pekerjaan, bahkan bidang usaha yang selama ini mapan. TV misalnya sekarang sudah mulai dikalahkan oleh Youtube, media cetak sudah lebih lama lagi dikalahkan oleh media social dan media online. Bank bank konvensional sudah mulai tergerus pasarnya oleh  perbankan online. Mobil dengan bahan bakar fosil siap siap tergusur oleh mobil listrik.

Itu hanya beberapa contoh saja, betapa perubahan besar besaran sedang terjadi di dunia ini. Perubahan yang sedang terus merangsek dalam peradaban digital saat ini. Faktor pengerek utamanya adalah teknologi, dan perkembangan koneksi antar manusia melalui internet. Semua serba online sekarang ini. Serba digital. Tidak bisa ditolak apalagi dilawan.

Pilihan satu satunya adalah melakukan adaptasi atau menyesuiakan diri. Sia sia saja kalau kita ingin melawannya. Perkembangan teknologi yang begitu pesat suka tidak suka membawa pada kesadaran akan pentingnya untuk memaknai ‘’ beef and major ‘’ kembali.

Beef, bahasa Inggris. Dalam bahasa Indonesia itu artinya daging. Jika kita sederhanakan, beef ini sumber penghasilan utama kita selama ini. Dalam era disrupsi saat ini, kita harus bisa mendefinisikan ulang beef kita itu apa. Sumber penghasilan utama yang mendatangkan cuan, laba atau penghasilan itu apa. Sementara major  adalah  kemampuan utama kita. Keterampilan atau kompetensi yang kita miliki selama ini. Kita simplifikasi ini artinya profesi. Apakah profesi kita saat ini masih bisa terus menyumbang  pada teraihnya beef atau sumber penghasilan utama kita.

Pertanyaan seperti ini menjadi penting. Sekali lagi karena banyak sekali lembaga usaha atau profesi yang mengalami goyangan akibat kehadiran era disrupsi. Zaman dimana teknologi begitu menguasai kehidupan dan menjadi salah satu faktor determinan berjalannya peradaban dunia sekarang ini.

Karena itu, bagi orang yang cerdas harus bisa memikirkan untuk merubah major agar beef bisa tetap didapatkan. Tidak perlu lagi definisi mencintai (satu) profesi untuk seumur hidup. Tidak relevan lagi merasa satu profesi itu didekap erat-erat. Swing tetap diperlukan agar bisa tetap bertahan, eksis bahkan bertumbuh. Tidak perlu lagi merasa peluang itu hanya di satu bidang profesi.

Ada banyak profesi lainnya yang menantang dan dapat digunakan sebagai katalisator mendapatkan beef secara berlimpah. Ada banyak peluang peluang yang belum orang tahu dan lakukan, dan bisa kita bergerak di situ. Selain uang, merubah major juga mendatangkan tantangan luar biasa. Kita bisa mendapatkan sumber pengetahuan baru, pengalaman baru dan eksplorasi eksplorasi baru.

Jika kita bertahan pada satu bidang saja, maka kita akan terjebak pada eksploitasi ‘ladang ladang’ lama, tapi jika kita merubah major maka kita akan bisa melakukan eksplorasi terhadap bidang bidang baru yang selama ini belum kita ketahui sama sekali atau sudah diketahui tapi minim eksplorasi. Bidang bidang baru itu selalu menantang bagi yang suka tantangan, namun bagi yang tidak menyukai akan terasa menyulitkan.

Dan itu semua tergantung mindset di setiap kepala masing masing. Apakah akan terus bertahan di bidang yang selama ini ditekuni atau menyelami bidang lain yang bisa menghasilkan cuan untuk pendapatan, sekaligus menawarkan tantangan tantangan terbaru.

 Merubah major, tidak harus keluar total dari pekerjaan yang sedang ditekuni sekarang, tapi bisa dengan cara ‘’nyambi’’ dengan bekerja di bidang lain. Bisa juga dengan cara total menekuni bidang baru yang disukai. Itu soal pilihan cara strategi saja. Terpenting, adalah menyukai tantangan baru agar mindset, ide, pikiran, experience sampai cuan atau penghasilan  kita terus tumbuh. 

Namun, untuk merubah major jangan asal asalan juga. Jangan sekedar bermodal nekat semata. Harus tetap memiliki kerangka strategi sehingga tidak terjerumus dalam sikap dan pilihan yang konyol. Tetap harus menggunakan rasio, bukan sekedar perasaan. Tetap terkalkulasi. Strategic thinking dan strategic instinct tetap harus berjalan seiring bersama.  

Kira kira pilihan ‘’major’’ baru yang tepat, dan sedang kamu pikirkan saat ini apa ya?

  

 

 

Comments

Popular posts from this blog

Mengintip Kehidupan Lokalisasi di Batang (2)

Makam Syeikh Maulana Maghribi Wonobodro, Batang

Mengintip Kehidupan Lokalisasi di Batang (3)